Abstract:
Sistem internasional yang bersifat anarki memaksa setiap negara menciptakan keamanan bagi negaranya masing-masing. Korea Utara sebagai salah satu aktor dalam hubungan internasional menganut ideologi Juche yang dimaknai sebagai essence of self determination. Berangkat dari ideologi ini Korea Utara ingin membangun bangsa yang kuat, independen, dan tidak bergantung pada negara lain. Untuk menciptakan rasa aman, perlu adanya upaya peningkatan power. Korea Utara memfokuskan peningkatan power melalui kapabilitas militer melalui kebijakan Son’ gun Chongji. Korea Utara secara konsisten dan cepat mengembangkan teknologi pertahanannya. Perkembangan tersebut berfokus pada WMD, SOF, rudal balistik, dan electronic information warfare.
Upaya peningkatan power untuk mencapai keamanan nasional tersebut ternyata menimbulkan problematika baru. Peningkatan kapabilitas militer Korea Utara dipersepsikan sebagai ancaman oleh tetangga dekatnya yaitu Korea Selatan. Persepsi ini dapat muncul karena adanya ambiguitas dari militer. Sektor militer memiliki dinamika naik-turunnya sendiri yang terpisah dari hubungan politik antar negara. Dengan menggunakan pendekatan Nature of Weapon and Military Balance terdapat dua ambiguitas dari militer. Pertama sulitnya memisahkan postur militer ofensif atau defensif, kedua karena perkembangan teknologi mengakibatkan sulitnya membedakan apakah modernisasi persenjataan bertujuan mempertahankan kekuatan atau meningkatkan kekuatan. tindakan-tindakan peningkatan keamanan sebuah negara diartikan sebagai tindakan mengecilkan kekuatan negara lain.
Di sisi lain, terdapat pula kerentanan-kerentanan pada Korea Selatan. Mereka tidak memiliki senjata nuklir dan bahkan sistem pertahanan mereka tidak mampu untuk menangkal senjata nuklir Korea Utara. Ancaman sendiri juga mengandung ambiguitas karena terdiri dari kapabilitas dan intensi. Jika dilihat secara kapabilitas, Korea Utara memiliki kemampuan untuk menyerang Korea Selatan, namun intensi sendiri tidak dapat diukur. Ambiguitas tersebut dihubungkan dengan kecenderungan suatu negara untuk memikirkan skenario terburuk yang mungkin terjadi. Penelitian ini menemukan bahwa ambiguitas-ambiguitas tersebut menyebabkan Korea Selatan mempersepsikan peningkatan kekuatan militer Korea Utara sebaga ancaman.