Abstract:
Kondisi hubungan internasional yang tidak dapat diprediksi telah membuat banyak perubahan-perubahan yang sebelumnya belum pernah terjadi Para pembuat kebijakan tidak lagi menggunakan kekuatan militer sebagai upaya untuk melindungi kepentingan ataupun menjaga keamanan nasional, melainkan menggunakan pendekatan-pendekatan non-militer, salah satunya penggunaan sanksi ekonomi. Penelitian ini membahas tentang “Reaksi Uni Eropa terkait Sanksi Balasan Rusia atas Aneksasi Krimea.” Untuk membantu penelitian tersebut, maka penulis menggunakan teori Kebijakan Luar Negeri, konsepsi aksi dan reaksi, teori Neo-fungsionalisme, supply – demand, serta Sanksi Ekonomi milik Murray Scot Tanner, Margaret P. Doxey, dan Johan Galtung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan studi dokumen. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Uni Eropa memiliki kemampuan resistensi terhadap sanksi Rusia melalui reaksi-reaksi yang digunakan untuk menanggulangi kerugian yang ditimbulkan sehingga menyebabkan ketidakefektivitasan pada sanksi balasan tersebut. Pilihan untuk melakukan diversifikasi mitra dagang dengan memperkuat hubungan dagang pada mitra strategis dan memperluas pasar ke Asia digunakan untuk melemahkan pelarangan embargo Rusia. Selain itu, dukungan yang diberikan oleh masyarakat dan keberhasilan UE untuk menggalang opini publik membuktikan bahwa UE secara keseluruhan menanggap bahwa sanksi balasan Rusia tidak akan memberikan kerugian yang signifikan. Tidak hanya itu, penggunaan CAP dan CFP mampu digunakan untuk mempertahankan kondisi ekonomi di bawah tekanan sanksi.