Abstract:
Emisi karbon dunia yang semakin meningkat seiring perkembangan zaman perlu
ditekan. Upaya untuk menekan emisi karbon tersebut adalah menggunakan green energy
yang salah satu alternatifnya adalah hidrogen. Emisi karbon terbesar disumbangkan oleh
emisi dari bahan bakar non-renewable. Salah satu langkah besar untuk turut serta membuat
dunia yang lebih bersih adalah dengan menggunakan fuel cell sebagai alternatif pembangkit
energi berbahan bakar hidrogen yang bebas polusi. Salah satu fuel cell yang digunakan
adalah Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) sebagai pembangkit alternatif.
Akan tetapi pada operasinya, fuel cell masih perlu banyak dikembangkan dari segi biaya dan
durabilitas. Fuel cell membutuhkan katalis untuk memfasilitasi reaksi elektrokimia yang
terjadi didalamnya. Mekanisme reaksi pada katoda fuel cell lebih rumit dibandingkan anoda
sehingga perlu katalis yang lebih banyak. Katalis yang optimal digunakan untuk kondisi
operasi fuel cell adalah platinum. Akan tetapi, platinum menghabiskan biaya >40% dari
keseluruhan nominal pembuatan fuel cell sehingga fuel cell masih terhambat untuk dijadikan
komersial. Oleh karena itu, dilakukan optimasi dengan tujuan meningkatkan durabilitas dari
fuel cell sekaligus menurunkan biaya yang diperlukan. Optimasi tersebut dapat berupa
perubahan struktur platinum dimana platinum yang digunakan secara komersial pada fuel
cell adalah nanopartikel, akan tetapi dilakukan optimasi dengan membentuk partikel 1D
nanowire untuk meminimalisir sudut yang tidak diinginkan pada nanopartikel yang dapat
menurunkan performa katalis. Selain itu, untuk mengurangi jumlah platinum yang
digunakan, dilakukan alloying dengan non-noble metal yang harganya jauh lebih rendah.
Salah satu alloying yang digunakan adalah nikel. Nikel merupakan sumber mineral terbesar
di Indonesia sehingga dengan digunakannya nikel dapat secara maksimal memanfaatkan
sumber daya Indonesia. Alloying platinum dengan nikel terbukti memiliki mass activity yang
lebih tinggi. Akan tetapi saat kondisi operasi fuel cell, nikel sebagai non-noble metal terlarut
pada suasana asam sehingga perlu adanya doping dari logam ketiga untuk menstabilkan
katalis platinum nikel. Au menjadi logam yang masuk pada kandidat karena kestabilannya
yang tinggi pada kondisi asam. Pada penelitian ini, kadar Ni pada keseluruhan sampel masih
sangat rendah (< 0,1 mgNi/cm2) sehingga efek Au yang merugikan masih mendominasi
katalis, sehingga perlu dilakukan optimasi untuk mengoptimalkan difusi Ni pada core
platinum.