Abstract:
Building Information Modeling (BIM) adalah metode kolaborasi dalam industri Architecture, Engineering, and Construction (AEC). Pendekatan ini menawarkan integrasi data dan dataset sebagai inti dari alur kerjanya, menciptakan konsistensi lintas disiplin ilmu yang terlibat dalam sebuah proyek. Hal ini mengurangi revisi desain dan peningkatan efisiensi dalam hal biaya dan material, serta mencegah tabrakan atau konflik di lapangan yang dapat menghambat kemajuan proyek. Di Indonesia, perkembangan dari implementasi BIM masih tergolong cukup lambat, meskipun pemerintah sudah memberikan peraturan yang mengharuskan penggunaan workflow BIM untuk bangunan publik dan milik negara sejak tahun 2018. Walaupun banyak proyek skala besar seperti bangunan bertingkat, bangunan milik negara, dan proyek milik publik sudah menggunakan BIM dalam 5 tahun terakhir, proyek kecil seperti rumah tinggal, belum mengalami perkembangan dalam mengimplementasikan workflow BIM. Dikarenakan banyak firma yang menangani proyek rumah tinggal dan proyek skala kecil, belum banyak yang melihat keunggulan penggunaan workflow BIM. Skripsi ini menganalisa 2 proyek rumah tinggal untuk mengobservasi keuntungan dari penggunaan BIM Level 1 dan Level 2 dalam proyek rumah tinggal, di fase pra-konstruksi. Fase ini krusial karena pada fase inilah firma arsitektur mengimplementasikan desain mereka dan mengkomunikasikannya kepada klien. Hasil dari analisa memberikan hasil yaitu meskipun BIM Level 2 menawarkan keunggulan yang lebih unggul di segi harga dan efisiensi waktu dibandingkan BIM Level 1, namun BIM Level 1 masih memiliki keunggulan karena workflow ini merupakan workflow yang sudah banyak diimplementasikan oleh firma di Indonesia dalam waktu yang cukup lama., terutama di Indonesia.