Abstract:
Jalan Salib, atau Via Crucis dalam bahasa Latin, berasal dari tradisi ziarah ke Yerusalem dan mulai berkembang secara formal pada Abad Pertengahan, dengan stasiun-stasiun yang menggambarkan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan dan penderitaan Yesus Kristus. Di Indonesia, Jalan Salib terdapat di berbagai lokasi. Setiap tempat memiliki desain yang unik dan berbeda satu sama lain. Salah satunya terdapat di Taman Doa Pertapaan Karmel Lembang, Bandung. Penelitian mengenai arsitektur Jalan Salib masih belum banyak dilakukan. Topik ini menawarkan peluang besar untuk eksplorasi lebih lanjut dalam bidang desain dan pengalaman spiritual. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap apa elemen arsitektur yang mempengaruhi pengalaman sakral pengguna pada jalan salib pada objek studi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang melibatkan wawancara dengan sejumlah narasumber terpilih melalui triangulasi narasumber. Wawancara dengan tujuan menggali makna sakral bagi pengguna melalui pengalaman sensori pada 3 titik objek studi yaitu area jalan salib, gua maria, dan makam Yesus. Analisis dilakukan dengan mengkaji data wawancara menggunakan teori properti-komposisi. Hasil analisis ini kemudian diperbandingkan dengan analisis penulis yang juga berlandaskan pada teori tersebut, sehingga akhirnya mencapai sebuah kesimpulan data yang komprehensif. Diperoleh kesimpulan bahwa, arsitektur tetap dinilai berdasarkan fungsi utamanya sebagai wadah bagi kegiatan manusia. Studi kasus pada taman doa menyoroti pentingnya desain yang mendukung pengalaman spiritual pengguna, dengan pemilihan dan penempatan elemen arsitektur seperti pembatas visual memiliki dampak signifikan terhadap tingkat sakralitas yang dirasakan oleh mereka. Hal ini menekankan pentingnya pertimbangan desain yang teliti dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pengalaman peribadatan yang optimal.