dc.description.abstract |
Ruang simpang adalah titik pertemuan jalan dimana orang yang sedang bergerak secara linear
menangkap tanda pertemuan arus lalu lintas yang berbeda lalu memperlambat atau menghentikan
pergerakannya untuk berorientasi (Dana, 1990). Ruang simpang empat dianggap memiliki
kompleksitas arus lalu lintas dan interaksi elemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan ruang
simpang dua dan tiga. Terdapat lima elemen penanda terminal orientasi visual yang berperan
meningkatkan kualitas visual dari suatu ruang simpang empat, yaitu bangunan pojok, lampu hias,
air mancur, monumen/tugu peringatan, dan jam kota. Menurut Smardon (1986), tiga aspek utama
kualitas visual adalah vividness (kegamblangan), intactness (keutuhan), dan unity (persatuan).
Penelitian ini akan membahas mengenai perbandingan tingkat peran elemen penanda terminal
orientasi visual dan kualitas visual vividness, intactness, dan unity ruang simpang empat pada lima
kasus studi di Kawasan Pusat Kota Bandung. Penelitian akan dilakukan dalam bentuk penelitian
kualitatif dengan pendekatan multi case study melalui pengisian appraisal inventories dan analisis
kualitas visual melalui visualisasi figure ground. Parameter instrumen penelitian didasarkan pada
teori oleh Dana (1990) dan Smardon (1986). Hasilnya adalah elemen penanda terminal orientasi
visual berperan tinggi dalam meningkatkan kualitas visual pada tiga kasus studi, rendah pada satu
kasus studi, dan sangat rendah pada satu kasus studi lainnya. Berdasarkan hasil analisis kualitas
visual menggunakan visualisasi figure ground, hanya satu dari lima kasus studi yang memiliki
kualitas visual vividness, intactness, dan unity yang utuh dari segi bentuk, skala, dan ruang. Terakhir,
komposisi elemen penanda terminal orientasi visual tidak dapat berdiri sendiri untuk dapat
menghasilkan kualitas visual, melainkan perlu mengalami komposisi dengan elemen eksisting
lainnya. |
en_US |