dc.description.abstract |
Banyak kawasan permukiman di Indonesia yang terkena dampak dari segregasi spasial,
terutama pada kawasan perumahan eksklusif. Segregasi spasial ini muncul dikarenakan adanya
upaya untuk memisahkan kelompok yang berbeda. Bentuk dari segregasi spasial ini dapat dilihat
dari berbagai macam bentuk, seperti pemisahan kawasan dengan tembok. Dengan adanya
pembatas antar kawasan tersebut, maka tembok tersebut akan memengaruhi penghuni dari dua
kawasan tersebut, terutama bagi kawasan yang dibatasi.
Objek Penelitian dilakukanaPada kawasan Alam Sutera yang terdapat beberapa lahan yang
belum terbebaskan dan masih di luar kendali developer. Salah satu lahan yang belum terbebaskan
adalah lahan Marga Jaya yang menjadi kampung kota pada Alam Sutera. Letak kampung kota
Marga Jaya ini terletak pada belakang Mall Living World. Kawasan permukiman ini mengalami
segregasi spasial dikarenakan penerapan Gated Communities oleh perumahan alam sutera. Dengan
adanya segregasi spasial yang ditunjukan dengan pembatasan fisik oleh perumahan Alam Sutera
terhadap Kampung Marga Jaya, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
apropriasi oleh warga Kampung Marga Jaya terhadap ruang batas fisik yang dihasilkan.
Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif-Kualitatf dengan dibantu observasi pada
objek penelitian. Observasi dilakukan pada titik tertentu pada objek yang terlihat adanya upaya
pemanfaatan ruang batas fisik. Wawancara juga dilakukan untuk mendukung hipotesa pada titik
pemanfaatan ruang tersebut. data yang sudah didapat lalu dibandingkan dengan kajian meneganai
pemanfaatan ruang publik.
Hasilnya dari penelitian ini adalah pola pemanfaatan ruang batas fisik di Kampung Marga
Jaya, ditemukan berbagai bentuk apropriasi warga terhadap batas fisik yang terdapat di kawasan
tersebut. Dua karakteristik batas fisik yang berbeda, yaitu batas fisik terhadap Mall Living World
dan batas fisik terhadap perumahan Alam Sutera, menunjukkan bahwa bentuk apropriasi yang
didapatkan juga berbeda. Berbagai bentuk apropriasi warga terhadap batas fisik dikategorikan
menjadi tiga jenis pemanfaatan terhadap ruang batas fisik. Pemanfaatan yang pertama adalah
pemanfaatan secara langsung pada tembok, seperti menggunakan tembok untuk menempatkan
gantungan baju atau sebagai media penanaman vegetasi. Pemanfaatan yang kedua adalah
memanfaatkan ruang yang dihasilkan dari tembok, seperti membuat gubuk, gudang, lahan parkir,
dan gudang. Pemanfaatan yang ketiga adalah merubah orientasi massa bangunan setelah adanya
tembok, seperti beberapa rumah warga yang merubah orientasi massa bangunan karena tidak ingin
rumahnya menghadap tembok yang sebelumnya adalah lahan hutan pinus |
en_US |