dc.description.abstract |
Arsitektur masjid telah menjadi titik fokus utama dan selalu mewakili pusat fisik masyarakat
Islam serta merupakan salah satu tanda keberadaan permukiman Islam. Masjid tidak hanya berfungsi
sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan budaya yang
memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat sekitarnya. Awalnya, masjid hanyalah ruang
terbuka yang didirikan oleh Nabi Muhammad pada Tahun 622 M di Madinah. Seiring berjalannya
waktu, masjid berevolusi menjadi bangunan dengan elemen arsitektur standar seperti lantai, dinding,
atap, dan bukaan. Menurut Jusuf Kalla, manajemen masjid harus dimakmurkan untuk
memakmurkan umat, menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat, tempat rekreasi rohani,
serta pusat pendidikan dan penyelesaian masalah sosial. Masjid telah berperan penting sejak awal
sejarah Islam sebagai tempat ibadah, pendidikan, konsultasi sosial-ekonomi, dan kegiatan lainnya,
menjadikannya wadah inklusif untuk interaksi sosial.
Untuk itu, dapat dilihat bahwasanya terdapat fenomena masjid memiliki fungsi yang
multidimensional, terdapat fungsi masjid yang bervariatif yang sangat erat kaitannya dengan
interaksi sosial antar masyarakat di sekitarnya. Masjid tidak hanya menjadi wadah masyarakat
muslim dalam melaksanakan kegiatan ritualistik, namun juga masjid dapat digunakan untuk
kegiatan non-ritualistik.
Masjid kerap kali ditemukan pada permukiman di kota, khususnya pada perkampungan kota
yang tentunya memiliki kebudayaan atau tradisi yang khas di dalamnya. Perkampungan kota
cenderung memiliki interaksi sosial yang pekat antar masyarakat di dalamnya. Mengingat masjid
memiliki peran utama sebagai pusat kegiatan sosial, maka diduga ada nya keberlanjutan sosial pada
masjid yang berlokasi di perkampungan kota.
Penelitian ini akan mengkaji keberlanjutan sosial di Masjid Jami Al-Miftah, yang terletak di
perkampungan kota Bandung, yakni kawasan Jalan Turangga. Masjid ini didirikan pada tahun 1955
dan direnovasi pada tahun 1995. Masjid Al-Miftah aktif sebagai pusat kegiatan masyarakat, dengan
komunitas seperti pengajian umum, remaja masjid, dan pengajian ibu-ibu. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mengeksplorasi bagaimana masjid ini berperan
dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan memenuhi kebutuhan ibadah serta interaksi sosial
masyarakat sekitarnya. |
en_US |