dc.description.abstract |
Kanoman adalah daerah yang menjadi pusat irisan antara ketiga aspek yang menjadi faktor
berkembangnya suatu kawasan. Thite (2011), pada Smart Cities: Implications Of Urban Planning
For Human Resource Development, mengemukakan bahwa lingkungan yang bersih, iklim bisnis
yang dinamis, dan infrastruktur sosial dan budaya yang kuat diidentifikasi sebagai beberapa faktor
daya tarik suatu kota. Kanoman secara ketiga aspek memenuhi dan memiliki daya tarik, namun
secara nilai tidak terpenuhi karena adanya penyimpangan dari ketiga aspek. Salah satu adalah karena
adanya apropriasi yang berkembang secara liar. Apropriasi yang utama pada area ini berupa PKL
(Pedagang Kaki Lima) dan parkir jalan atau on street parking. Apropriasi yang terjadi mengganggu
aspek budaya utama di Kanoman, yaitu Keraton Kanoman, di mana kewibawaan Keraton Kanoman
menjadi kurang dengan batas-batas yang tidak jelas antara pasar dengan keraton serta pengurangan
daya tarik secara pariwisata oleh wisatawan.
Analisis mengenai tatanan fisik serta daya tarik adalah untuk mencari tahu kesesuaian
penggunaan ruang terbuka publik dengan tatanan fisik yang sudah ada, apa tatanan yang menjadi
pengaruh bertempatnya apropriasi, dan tatanan aprorpiasi yang menjadi daya tarik. Data
dikumpulkan melalui observasi luring dan secara daring melalui citra satelit. Metode urban mapping
atau pemetaan kota digunakan untuk mengetahui titik apropriasi di kawasan Kanoman. Data
dianalisis dengan metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif berdasarkan teori elemen ruang
dan urban magnet. Data yang dianalisis adalah data yang diambil dari ruang terbuka publik
persebaran apropriasi kawasan Kanoman, yaitu Jalan Winaoan, Jalan Kanoman, Jalan Pasar
Kanoman, Jalan Lemahwungkuk, Alun-alun Kanoman, dan area sekitar Gang Astanagarib menuju
alun-alun.
Temuan menunjukkan tatanan yang telah ada pada kawasan Kanoman digunakan tidak
sebagaimana mestinya tatanan asli dibangun. Area yang menjadi tempat jalan digunakan sebagai
tempat penyimpanan barang dan berjualan PKL (Pedagang Kaki Lima), jalanan umum menjadi
parkir on street yang membuat area menjadi penuh dan macet, serta area keraton dijadikan tempat
parkir yang seharusnya area tersebut adalah sakral dan steril. Pedagang dan pengunjung akan
berkumpul semakin dekat dengan pusat perdagangan. Tatanan pasar menjadi pusat keramaian utama
para pedagang yang menetap, semi, dan tidak menetap berkumpul; menuju ke Jalan Kanoman adalah
tatanan fisik yang secara umum berbentuk jalanan terbuka dan bentuk pedestrian dengan arkade,
tatanan arcade adalah bentuk yang diapropriasi oleh PKL menetap; Jalan Winaon dan
Lemahwungkuk tatanan fisiknya digunakan sebagai parkir karena area yang lebar dan beberapa PKL
menetap yang membangun kanopi tambahan; Alun-alun Kanoman serta jalan sekitar Jalan
Kepatihan menjadi area parkir kendaraan bermotor dengan beberapa PKL. Daya tarik melalui
pariwisata dimungkinkan karena Kanoman yang memiliki khas tersendiri lewat budaya. |
en_US |