Abstract:
Indonesia, sebagai negara kaya akan sumber daya alam (SDA), merupakan produsen nikel terbesar di dunia. Industri pertambangan adalah salah satu sumber devisa yang diandalkan pemerintah. Industri Morowali, tempat smelter pengolahan nikel, bergerak di bidang manufaktur dengan produk utama nikel, stainless steel, dan carbon steel. Pekerja di industri Morowali didominasi oleh generasi milenial, yang dikenal mementingkan "Prioritas Kualitas Kehidupan". Ketidakseimbangan kehidupan kerja di Morowali mempengaruhi stres kerja para pekerja milenial. Menurut Sundari & Utami (2022), jika mereka tidak merasakan work life balance yang baik, mereka akan mencari pekerjaan lain yang lebih nyaman. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh work life balance terhadap stres kerja generasi milenial di industri Morowali. Dikutip dari Greenhaus et al., (2003) work life balance adalah sejauh mana seseorang terikat dan merasa puas dengan peran mereka antara pekerjaan dan keluarganya. Adapun dimensi pada work life balance menurut Fisher et al., (2009) meliputi Work Interference with Personal Life, Personal Life Interference with Work, Personal Life Enhancement of Work, Work Enhancement of Personal Life. Definisi stres kerja menurut Sinambela et al., (2018) adalah ketika seseorang mengalami tekanan yang menyebabkan mereka merasa terbebani untuk menyelesaikan tugas mereka. Hal ini dapat dipicu oleh beberapa faktor antara lain menurut Luthnan et al., (2018) stressor ekstraorganisasi, stressor organisasi, stressor kelompok, stressor individu. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu dengan pengumpulan data secara kuantitatif dengan mengambarkan objek atau peristiwa yang terjadi pada industri. Sampel penelitian terdiri dari 100 pekerja generasi milenial yang bekerja di daerah industri Morowali. Untuk menguji hipotesis peneliti menggunakan analisis linier sederhana sebagai metode pendukung. Hasil dari data olahan peneliti setiap dimensi pada work life balance menunjukkan adanya persepsi bahwa work life balance yang dirasakan rendah dari pekerja generasi milenial industri Morowali. Sedangkan pada variabel stres kerja dapat disimpulkan bahwa pekerja memiliki tingkat stres yang tinggi. Data berdistribusi normal dengan Asymp. Sig. (2-tailed)c > 0.05. Dengan persamaan analisis regresi linier sederhana Sig. <,001 dan B = -069. Nilai sig. yang didapatkan < (alpha) sebesar 0.69. Nilai R Square yang dihasilkan sebesar 0,8% pada stres kerja. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa adanya pengaruh negatif dari work life balance terhadap stres kerja. Sehingga dapat diartikan bahwa setiap peningkatan work life balance menyebabkan adanya penurunan terhadap stres kerja.