Abstract:
Penerapan manajemen kualitas dalam suatu proses produksi dilakukan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar kualitas, mengusahakan tidak melakukan proses pengolahan kembali produk, mengusahakan supaya biaya produksi menjadi rendah, serta mengusahakan tidak mengeluarkan produk gagal. Rumah makan Gudeg Pejompongan tidak terlepas dari masalah yaitu produk gagal yang dihasilkan tidak konsisten. Produk yang dihasilkan rumah makan ini yaitu gudeg yang terdiri atas nangka, ayam, telur bebek, dan kerupuk krecek. Rumah makan ini belum menerapkan sistem manajemen kualitas yang salah satunya adalah Statistical Quality Control (SQC) dengan menggunakan alat bantu dalam Total Quality Management (TQM). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan produk akhir yaitu gudeg, mengetahui jenis kegagalan yang sering terjadi pada produk yang dihasilkan dalam satu bulan, mengetahui urutan jenis kegagalan produk yang paling sering terjadi dalam satu bulan, dan mengetahui penyebab kegagalan produk gudeg yang dihasilkan di rumah makan. Terdapat tujuh alat bantu dalam TQM untuk melakukan manajemen kualitas yaitu check sheet, scatter diagrams, cause and effect diagram, pareto charts, flowcharts, histograms, dan statistical process control chart. Penelitian ini menggunakan empat dari tujuh alat bantu dalam TQM yang pertama yaitu flowchart, check sheet, pareto charts, dan cause and effect diagram (fishbone diagram) untuk membantu perusahaan manajemen kualitas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian mixed methods. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan megumpulkan data bersumber langsung di lapangan (Field Research). Penelitian ini menggunakan Cross-Sectional dalam mengumpulkan data atau pada satu titik waktu tertentu. Teknik pengumpulan data yang dipakai yaitu wawancara, observasi, dan literature review dengan teknik Analisa data menggunakan alat bantu statistik pada total quality management. Hasil dari penelitian menunjukan proses produksi di rumah makan Gudeg Pejompongan yang memiliki 19 tahap dalam menghasilkan produk akhir. Proses produksi menghasilkan jenis kegagalan dan jumlah kegagalan dari semua produksi yang terlihat pada shift malam dan pagi. Jenis kegagalan dan urutan jenis kegagalan produk secara berurutan adalah kegagalan C (nangka gosong) sebesar 33%, kegagalan D (nangka keras) sebesar 29%, kegagalan B (kerupuk krecek hancur) sebesar 20%, dan kegagalan A (telur isi keluar) sebesar 18% dari total kegagalan produk sebanyak 84 unit. Selain itu, hasil penelitian menunjukan penyebab jenis kegagalan yaitu faktor sumber daya manusia, mesin dan peralatan, bahan baku, dan metode, faktor-faktor yang dominan yaitu sumber daya manusia dan metode.