Abstract:
Penerapan tanggul merupakan salah satu cara dalam mengendalikan pergerakan air di wilayah
perairan. Namun, permasalahan yang dihadapi tanggul yang mengunakan material tanah adalah
perembesan air sehingga menciptakan ketidakstabilan. Ketidakstabilan tersebut merupakan hasil
penjenuhan dan perubahan tekanan air pori pada badan tanggul, dimana kemampuan ikat dan kuat
geser mengalami penurunan yang disebabkan oleh perubahan rasio tekanan air pori terhadap pori
udara,penurunan suction udara serta penurunan tegangan normal tanah. Tujuan penelitian ini adalah
untuk membandingkan dua metode pada Software Midas GTS NX yaitu metode analisis konsolidasi
dan fully coupled stress seepage dalam interpretasi interaksi tekanan air pori,pengaruh rembesan
sungai terhadap angka faktor keamanan pada tanggul.Pada perbandingan tersebut, Analisis
konsolidasi dan FC memiliki perbedaan dalam interpretasi tinggi piezometric air rembesan sungai.
Analisis konsolidasi menafsirkan tinggi piezometrik air secara linear tanpa pengaruh tekanan air
pori, sedangkan pada analisis fully coupled stress seepage tinggi piezometric rembesan sungai
ditafsirkan dengan cara mempertimbangkan perbedaan tinggi tekanan piezometric air, sifat
permeabilitas tanah serta pengaruh dari tekanan air pori residu akibat peningkatan tegangan saat
penimbunan sehingga bersifat non-linear. Perbedaan penafsiran ini menyebabkan perbedaan pada
distribusi tekanan air pori sehingga mempengaruhi hasil angka faktor keamanan pada tanggul serta
perbedaan displacement tanggul. Hasil perbandingan tersebut juga menunjukan bahwa kenaikan
muka air pada lereng tanggul akan menyebabkan perubahan tingkat kejenuhan dan peningkatan
tekanan air pori yang menyebabkan terjadi uplift pada tanggul sehingga angka faktor keamanan yang
sebelum-nya memenuhi kriteria SNI 8460:2017 mengalami penurunan hingga 1.5 sehingga
diperlukan perkuatan tanah. Perkuatan geogrid dapat meningkatkan angka faktor keamanan sebesar
24% hingga 57% dari angka awal.