Abstract:
Banjir pada daerah perkotaan umumnya terjadi akibat adanya perubahan tata guna lahan yang
mengakibatkan berkurangnya area resapan. Sebuah kawasan di Jalan Soekarno Hatta Bandung
direncanakan akan dikembangkan menjadi sebuah kawasan Gereja. Berdasarkan RTRW, akan
dibuat sebuah saluran pembuang yang terhubung dengan saluran drainase Jalan Ranca Mekar untuk
mengalirkan limpasan yang berasal dari kawasan gereja dan kawasan Barat Gereja. Studi ini
bertujuan untuk merencanakan sistem drainase pada kawasan Gereja serta menganalisis dampak
pembangunan kawasan terhadap muka air banjir pada saluran Ranca Mekar. Analisis dalam studi
ini menggunakan program SWMM. Berdasarkan hasil analisis frekuensi, R2 untuk daerah studi ini
adalah 85 mm dengan durasi 6 jam mengikuti pola distribusi hujan SCS 1A. Perencanaan sistem
drainase Gereja menggunakan kombinasi saluran terbuka dan saluran tertutup dengan dimensi yang
bervariasi antara 0,2 m x 0,3 m dan 0,6 m x 0,6 m. Hasil analisis menunjukkan beban limpasan
kawasan Gereja dan kawasan Barat Gereja menyebabkan kenaikan muka air rata-rata setinggi 20
cm di saluran Ranca Mekar. Bahkan pada Q10 terdapat luapan pada beberapa segmen di saluran
Ranca Mekar. Permasalahan utama pada saluran Ranca Mekar disebabkan karena adanya backwater
pada segmen J10-J11 yang berupa gorong-gorong. Backwater terjadi akibat kemiringan saluran
yang menanjak dan diperparah oleh dimensi saluran yang menyempit akibat sedimentasi sampah.
Selain itu, beban limpasan yang berasal dari kawasan Barat yang diasumsikan tidak dikendalikan
memiliki persentasi limpasan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan limpasan kawasan Gereja.
Analisis menunjukkan, agar tidak terjadinya limpasan, debit maksimum yang diizinkan dari
kawasan Barat Gereja hanya sebesar 0,13 m³/s. Untuk pengendalian limpasan pada kawasan gereja,
direncanakan menggunakan kolam detensi/groundtank dengan dimensi 12 x 5 x 3,5 m3. Analisis
dilakukan menggunakan 2 skenario, dimana skenario 1 kolam dilengkapi dengan 2 buah pompa
berkapasitas 6 l/s. Untuk skenario 2, kolam tidak dilengkapi dengan outlet, sehingga kelebihan
limpasan akan langsung dialirkan ke saluran. Hasil analisis menunjukkan bahwa skenario 1 dan 2
mampu mereduksi debit puncak limpasan yang sama yaitu sebesar 35%. Dengan
mempertimbangkan aspek operasional dan biaya, digunakan skenario 2 sebagai pengendalian
limpasan dalam kawasan Gereja Ranca Mekar.