Abstract:
Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Semakin banyak bencana, maka
semakin banyak korban. Dengan banyaknya macam dampak, yang diinginkan adalah tetap bertahan
hidup jika memang masih bisa diselamatkan. Korban yang masih hidup setelah dilanda bencana
belum tentu berada dalam keadaan selamat sentosa, contohnya seperti ada orang yang tertimbun
reruntuhan. Oleh karenanya, ada tim SAR (Search and Rescue) Indonesia yang dapat
menyelamatkannya. Salah satu upaya untuk mengurangi korban jiwa adalah dengan memperpanjang
hidup korban bencana selama minimal tujuh (7) hari hingga ditemukan oleh tim SAR.
Bagaimanapun kondisi korbannya saat berada dalam detik-detik bencana selesai, korban dapat
bertahan hidup dengan cara memenuhi kebutuhan yang paling mendasar untuk hidup, yaitu
mempertahankan fungsi dasar tubuhnya. Oleh karenanya, korban membutuhkan fasilitas, peralatan,
dan perlengkapan sebagai penunjangnya untuk bertahan hidup.
Dalam peradaban ini manusia telah berupaya dengan berbagai inovasi untuk melakukan
mitigasi bencana, dan khususnya saat terjadi bencana dibutuhkan respon yang tanggap. Dari
beberapa negara telah muncul beberapa inovasi produk berupa pod/kapsul yang dapat digunakan
oleh satu hingga beberapa orang untuk berlindung dari bahaya bencana dan bertahan hidup
didalamnya dengan peralatan dan perlengkapan yang tersedia. Dari penjabaran di atas, muncul ide
untuk melakukan upaya memperpanjang hidup korban bencana selama tujuh (7) hari dengan cara
membuat ruang darurat bertahan hidup seperti survival pod, yang memiliki peralatan dan
perlengkapan penunjang hidup secara lengkap. Untuk mendapatkan ruang yang efisien, maka
diperlukan penelitian untuk mencari dimensi yang paling ringkas (compact) dan penataan ruang
yang fungsional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dimensi dan volume dari
peralatan dan perlengkapan untuk bertahan hidup serta ruang gerak minimal aktivitasnya,
merancang berbagai alternatif penataan ruang bagi peralatan dan perlengkapan untuk bertahan hidup
serta ruang gerak minimal manusia melalui pemahaman compact design.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental dengan cara menguji coba
berbagai desain penataan ruang untuk fasilitas, peralatan, dan perlengkapan bertahan hidup yang
efisien secara dimensi dan fungsional, yang dilengkapi dengan pengolahan data yang didapat dari
literasi tentang bertahan hidup dan kebencanaan, serta gambar kerja dan pembuatan model 3D.
Pengumpulan data yang akan disimulasikan dilakukan dengan observasi dan simulasi desain dan
studi pustaka.
Uji coba eksperimental yang dilakukan adalah superimpose ruang gerak dan penataan ruang
hingga compact dan efisien, melalui pengukuran kapasitas tiap benda, pertimbangan material
konstruksi, dan mengolah penataan ruang. Hasilnya adalah dimensi rancangan prototipe Survival
Wall yang diperoleh memiliki ukuran terpanjang 213,45 cm, terlebar 72,8 cm, dan tertinggi 200 cm.
Rancangan ini dapat memfasilitasi kebutuhan dasar fisiologi tubuh manusia yang terdiri dari
bernafas, minum, makan, urinasi dan ekskresi, serta tidur. Kebutuhan dasar lainnya berupa
kebersihan pribadi, cahaya buatan, kotak P3K dan juga EPIRB sebagai sarana komunikasi kepada
tim SAR. Rancangan Survival Wall dapat memfasilitasi semua kebutuhan tersebut dengan kapasitas
yang dapat berlangsung hingga 28 hari.