Abstract:
Ruang studio arsitektur hendaknya memiliki performa kenyamanan termal yang baik yang
dapat menunjang para pengguna untuk beraktivitas dengan nyaman dan lebih kreatif dalam berpikir.
Kenyataannya tidak semua pengguna ruang dapat beraktivitas dengan nyaman dalam kondisi ruang
studio saat ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zyeta (2021), kombinasi warna kuning
(Pantone: Illuminating 13-0647) dan abu netral (Pantone: Ultimate Gray 17-5104) terbukti dapat
meningkatkan tingkat kreativitas untuk mendukung fungsi ruang studio. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui apabila warna ruang dengan tingkat kreativitas tinggi dapat memperoleh tingkat
persepsi termal yang lebih baik untuk menggantikan warna pada kondisi ruang saat ini.
Penelitian ini bersifat kuantitatif eksperimental dengan menggunakan alat VR (virtual
reality). Penelitian dilaksanakan pada jam operasional Studio Lantai 7 PPAG 2 Utara antara pukul
08.00 hingga 16.00 yang telah dikondisikan sesuai dengan standar PMV (Predicted Mean Value)
dan PPD (Predicted Percentage of Dissatisfied). Data penelitian ini berupa data persepsi termal
(thermal sensation dan thermal judgement) melalui pengisian kuesioner hasil simulasi VR dan data
GSR (galvanic skin response) responden selama simulasi berlangsung. Responden penelitian ini
merupakan mahasiswa tingkat akhir yang sedang atau pernah beraktivitas dalam studio tersebut.
Terdapat 4 model dalam simulasi VR tersebut. Model pertama merupakan model dengan warna
putih yang mewakili kondisi ruang studio saat ini. Ketiga model lainnya merupakan model
eksperimen terdiri kombinasi dari warna kuning dan abu netral dengan komposisi yang berbedabeda.
Analisis yang dilakukan merupakan pengaruh warna terhadap persepsi termal dengan one-way
ANOVA (analysis of variance) completely randomized single factor dan hubungan antara thermal
sensation dan thermal judgement dengan analisis korelasi.
Hasilnya membuktikan bahwa warna dalam model saat ini dan ketiga model eksperimen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi termal. Analisis korelasi juga membuktikan
bahwa terdapat hubungan berbanding terbalik antara thermal sensation dengan thermal judgement
pada keempat model tersebut. Analisis ini tidak dapat sepenuhnya dijadikan acuan bahwa nilai
thermal sensation akan selalu berbanding terbalik dengan nilai thermal judgement karena data
thermal sensation pada keempat model tersebut tidak terdistribusi sepenuhnya pada keseluruhan
skala yang ada. Ditemukan pula bahwa model kondisi saat ini menjadi model dengan persepsi termal
terbaik apabila dibandingkan dengan model eksperimen yang memiliki tingkat kreativitas lebih
apabila dibandingkan dengan kondisi saat ini, sedangkan model dengan komposisi abu di lantai dan
plafon dengan kuning di dinding menjadi model eksperimen dengan persepsi termal terbaik.