Abstract:
Sektor bangunan di Indonesia memiliki kontribusi yang signifikan terhadap emisi CO2 baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Laporan Climate Transparency pada tahun 2020, sektor bangunan di Indonesia menyumbang 4% dan 16% dari total emisi CO2 (Climate Transparency, 2020). Angka ini meningkat pada tahun 2022 menjadi 4,6% dan 24,5% (Climate Transparency, 2022). Menanggapi hal tersebut, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dari sektor bangunan melalui berbagai kebijakan, termasuk penerapan bangunan hijau
(Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2022). Bangunan hijau dapat secara efektif mengurangi emisi karbon melalui pengurangan konsumsi energi, integrasi sumber energi terbarukan, dan pemanfaatan material berkelanjutan. Namun, penerapan bangunan hijau di Indonesia jauh tertinggal dari dengan negara-negara terdekat. Saat ini, hanya terdapat sebanyak 68 bangunan bersertifikasi GREENSHIP di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk meninjau penerapan bangunan hijau di Indonesia, dengan mengidentifikasi faktor motivasi, manfaat yang di dapat dari penerapan bangunan hijau, dan tantangan yang dihadapi. Data yang digunakan dalam
penelitian merupakan data sekunder yang didapat dari kajian literatur, dan data primer yang didapat dari hasil wawancara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan teknik analisis data spradley. Sebanyak dua profesional dari sudut pandang swasta dan dua profesional dari sudut pandang pemerintah bersedia berpatisipasi dalam penelitian ini sebagai responden.
Menganalisis 16 literatur dan wawancara dengan keempat responden, diidentifikasikan bahwa motivasi yang mendorong penerapan bangunan hijau mencakup perlindungan lingkungan, mitigasi perubahan iklim, peningkatan kualitas udara dalam ruang, peningkatan peluang masa depan yang lebih baik, bentuk imperatif moral, serta identitas dan reputasi. Manfaat berikutnya mencakup peningkatan kualitas dan nilai bangunan, penghematan biaya, peluang investasi, peningkatan
produktivitas, kenyamanan, kesehatan, dan kesejahteraan, hingga peningkatan kualitas hidup. Tantangan yang dihadapi dalam penerapan bangunan hijau di Indonesia antara lain ketersediaan saluran pembiayaan terbatas, permintaan pasar belum merata, terbatasnya inovasi produk dan material, serta peraturan dan kebijakan pemerintah yang masih memiliki keterbatasan dalam pemberian insentif.