Gaya kepemimpinan Joe Biden : studi kasus Perjanjian Paris

Show simple item record

dc.contributor.advisor Dwikardana, Sapta
dc.contributor.author Soeriawijaya, Ruby Kandiwulan
dc.date.accessioned 2024-09-13T06:33:05Z
dc.date.available 2024-09-13T06:33:05Z
dc.date.issued 2024
dc.identifier.other skp45640
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/18672
dc.description 10495 - FISIP en_US
dc.description.abstract Perubahan iklim yang kian hari kian memburuk ini menjadi isu global penting yang harus segera ditanggulangi. Amerika Serikat yang merupakan salah satu negara adidaya dengan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar secara kumulatif memutuskan untuk keluar dari Perjanjian Paris yang merupakan sebuah perjanjian internasional untuk menanggulangi isu tersebut di bawah kepresidenan Donald Trump. Akan tetapi, pada tahun 2021, Joe Biden memutuskan untuk bergabung kembali dalam Perjanjian Paris. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa Biden memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda dengan presiden yang sebelumnya hingga ia memutuskan untuk bergabung kembali dalam Perjanjian Paris. Berdasarkan anomali tersebut, penulis merumuskan sebuah pertanyaan penelitian, yaitu “Bagaimana gaya kepemimpinan Joe Biden mempengaruhi keputusan bergabungnya kembali Amerika Serikat ke dalam Perjanjian Paris di tahun 2021?” Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, maka penulis menggunakan kerangka pemikiran analisis gaya kepemimpinan oleh Margaret G. Hermann. Tujuh karakteristik kemudian digunakan dalam analisis, yaitu (1) keyakinan seseorang dapat mengendalikan apa yang terjadi, (2) kebutuhan akan kekuasaan dan pengaruh, (3) kompleksitas konseptual, (4) kepercayaan diri, (5) task focus, (6) distrust of others, dan (7) ingroup bias. Ketujuh karakteristik ini kemudian digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan yang akan menentukan gaya kepemimpinan seorang pemimpin, yaitu (1) apakah pemimpin bereaksi menghormati atau menantang kendala? (2) apakah pemimpin terbuka atau tertutup akan informasi? (3) apakah pemimpin termotivasi oleh fokus internal atau hubungan? Mengacu pada kerangka pemikiran tersebut, maka penulis akan menggunakan metode kualitatif psikobiografi yang fokus pada aspek-aspek psikologi individu seperti motivasi, kepribadian, dan lain-lain. Penulis menyimpulkan bahwa Biden memiliki gaya kepemimpinan kolegial atau akomodatif yang dilihat bahwa dirinya menghormati kendala, terbuka akan informasi, dan termotivasi oleh hubungan. Gaya kepemimpinan inilah yang kemudian berpengaruh dalam pengambilan keputusan Biden untuk bergabung kembali dalam Perjanjian Paris. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - UNPAR en_US
dc.subject PERUBAHAN IKLIM en_US
dc.subject PERJANJIAN PARIS en_US
dc.subject JOE BIDEN en_US
dc.subject AMERIKA SERIKAT en_US
dc.subject GAYA KEPEMIMPINAN en_US
dc.title Gaya kepemimpinan Joe Biden : studi kasus Perjanjian Paris en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM6092001012
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0423096101
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI609#Ilmu Hubungan Internasional


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account