Abstract:
Perubahan iklim yang kian hari kian memburuk ini menjadi isu global penting yang
harus segera ditanggulangi. Amerika Serikat yang merupakan salah satu negara
adidaya dengan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar secara kumulatif
memutuskan untuk keluar dari Perjanjian Paris yang merupakan sebuah perjanjian
internasional untuk menanggulangi isu tersebut di bawah kepresidenan Donald
Trump. Akan tetapi, pada tahun 2021, Joe Biden memutuskan untuk bergabung
kembali dalam Perjanjian Paris. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa Biden memiliki
gaya kepemimpinan yang berbeda dengan presiden yang sebelumnya hingga ia
memutuskan untuk bergabung kembali dalam Perjanjian Paris. Berdasarkan
anomali tersebut, penulis merumuskan sebuah pertanyaan penelitian, yaitu
“Bagaimana gaya kepemimpinan Joe Biden mempengaruhi keputusan
bergabungnya kembali Amerika Serikat ke dalam Perjanjian Paris di tahun 2021?”
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, maka penulis menggunakan
kerangka pemikiran analisis gaya kepemimpinan oleh Margaret G. Hermann. Tujuh
karakteristik kemudian digunakan dalam analisis, yaitu (1) keyakinan seseorang
dapat mengendalikan apa yang terjadi, (2) kebutuhan akan kekuasaan dan pengaruh,
(3) kompleksitas konseptual, (4) kepercayaan diri, (5) task focus, (6) distrust of
others, dan (7) ingroup bias. Ketujuh karakteristik ini kemudian digunakan untuk
menjawab tiga pertanyaan yang akan menentukan gaya kepemimpinan seorang
pemimpin, yaitu (1) apakah pemimpin bereaksi menghormati atau menantang
kendala? (2) apakah pemimpin terbuka atau tertutup akan informasi? (3) apakah
pemimpin termotivasi oleh fokus internal atau hubungan? Mengacu pada kerangka
pemikiran tersebut, maka penulis akan menggunakan metode kualitatif
psikobiografi yang fokus pada aspek-aspek psikologi individu seperti motivasi,
kepribadian, dan lain-lain. Penulis menyimpulkan bahwa Biden memiliki gaya
kepemimpinan kolegial atau akomodatif yang dilihat bahwa dirinya menghormati
kendala, terbuka akan informasi, dan termotivasi oleh hubungan. Gaya
kepemimpinan inilah yang kemudian berpengaruh dalam pengambilan keputusan
Biden untuk bergabung kembali dalam Perjanjian Paris.