dc.description.abstract |
Kesadaran akan kerusakan alam dan krisis energi kini sedang gencar- gencarnya
dikembangkan dalam industri konstruksi. Bidang konstruksi yang merupakan salah satu sektor
yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan pengguna energi terbesar sadar akan kebutuhan
bangunan hijau, yang dinilai lebih ramah lingkungan dan mengurangi kerusakan alam yang lebih
parah. Konsep bangunan dari Gedung PPAG adalah bangunan hemat energi dengan pendekatan
bangunan hijau untuk menjadi sebuah kampus yang sadar lingkungan (Eco Campus). Penerapan
konsep bangunan hijau pada gedung PPAG 2 Universitas Katolik Parahyangan dapat terlihat dari
penggunaan light shelf pada fasad bangunan untuk menyalurkan pencahayaan alami ke dalam
ruangan dengan penetrasi cahaya alami yang lebih dalam dan tanpa menimbulkan silau.
Dimensi ruang studio gambar arsitektur yang dapat terbilang gemuk (bulky) menimbulkan
permasalahan baru, yaitu apakah pemanfaatan pencahayaan alami sudah dapat memadai
kebutuhan standar pencahayaan ruang dalam atau membutuhkan bantuan pencahayaan buatan
untuk memenuhi standar kebutuhan ruang, dan bagaimana penempatan pencahayaan buatan yang
optimal untuk mendukung konsep bangunan hijau dengan penghematan energi pada bangunan.
Ruang studio gambar membutuhkan pencahayaan yang cukup karena aktivitas didalam ruang yang
cukup dalam dan membutuhkan ketelitian tinggi pada saat proses pengerjaan gambar. Standar
setiap ruang dipengaruhi oleh aktivitas yang terjadi di dalam ruang, untuk ruang gambar
membutuhkan pencahayaan minimal 750 lux.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efisiensi penggunaan light shelf
pada ruang studio gambar arsitektur di gedung PPAG Universitas Katolik Parahyangan, dan untuk
mengetahui pengaruh modifikasi desain light shelf dengan penambahan reflektor berdasarkan
bentuk reflektor. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi- evaluatif dengan pendekatan
kuantitatif eksperimental dari beberapa bentuk reflektor pada light shelf. Hasil penelitian berupa
desain light shelf yang efektif dalam hal penetrasi cahaya secara maksimum yang sudah di
simulasi dengan software Curic Sun, dan Velux daylight visualizer 3 yang akan memperlihatkan
kondisi pembayangan pada selubung bangunan, penetrasi dan kemerataan cahaya alami dalam
ruangan dalam.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, pada kondisi eksisting
performa light shelf di lantai 7 dan 8 belum memenuhi standar minimum pencahayaan alami
berdasarkan standar SNI dan GBCI. Kedua, hasil modifikasi light shelf dengan penambahan
reflektor memperdalam penetrasi cahaya pada lantai 7 dan 8, namun masih belum memenuhi
standar. Ketiga, zonasi saklar didapatkan berdasarkan jarak antara bukaan dengan letak lampu
kondisi eksisting. Pada jam- jam tertentu dapat dilakukan pengurangan penggunaan energi yang
didasari oleh kontur cahaya alami yang terbentuk pada ruang studio gambar arsitektur pada lantai
7 dan 8. |
en_US |