Abstract:
Pada era dimana pembatasan sosial dan pengurangan kegiatan luring menjadi sebuah kewajiban, perkembangan digital pun semakin berkembang. Dunia pun menjadi harus beradaptasi dengan kebiasaan baru, termasuk dunia arsitektur yang pada saat ini mulai mendigitalisasi ruang rancangannya. Selain itu pengalaman ruang sendiri semakin terstandarisasi, dan karya-karya arsitektur kehilangan esensi manusia dalam rancangannya. Kedua fenomena ini mengubah persepsi yang selama ini diketahui oleh manusia, tidak hanya itu konsep utama karya-karya arsitektur pun semakin berubah. Konsep temporary architecture/architecture as event pun menjadi tidak bersifat temporer sejak digitalisasi ruang-ruang tersebut. Maka dari itu pada penulisan skripsi ini penulis ingin melihat bagaimana event digital dapat mempengaruhi sebuah ruang, dan persepsi yang didapatkan. Maka dipilih lah Prada FW 21 sebagai objek penelitian. Peragaan busana ini memiliki kelebihan dimana objek dan subjek dapat merasakan ruang, ide/konsep eventnya sendiri sangat memfokuskan pada indra dan persepsi manusia, serta objek ini merupakan sebuah event digital yang dapat dinikmati secara virtual oleh masyarakat luas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana teknik pengumpulan data akan menggunakan metode studi pustaka, observasi, serta wawancara. Setelah mendapatkan data fisik yang cukup dari objek, maka akan dilaksanakan analisa berdasarkan teori Peter Zumthor serta Juhani Pallasmaa yang membahas mengenai indera dan pengalaman ruang. Setelah didapatkan analisa 4 Ruang Prada FW 21 berdasarkan teori tersebut, maka akan dilaksanakan sebuah uji coba terhadap 6 responden. Uji coba ini akan dilaksanakan dengan menunjukan 4 ruang tersebut menggunakan 2 media yang berbeda, hal ini digunakan untuk menempatkan responden sebagai pengamat (Penonton Fashion Show) dan pengguna (Peragawan) ruangan. dari situ akan didapatkan data hasil wawancara mengenai persepsi yang didapatkan dari masing-masing ruang dengan menggunakan media yang berbeda. hasil wawancara ini pun akan dianalisa kembali berdasarkan 5 poin teori Peter Zumthor serta Juhani Pallasmaa, untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Disimpulkan bahwa pada Peragaan Busana PRADA FW 21 ini, pengguna dapat lebih bisa merasakan ruang (dengan menggunakan media VR) dibandingkan pengamat ruang (dengan menggunakan media Digital). Didapatkan bahwa persepsi ruang menjadi lebih mendetail dan mendalam karena tidak adanya distraksi dalam ruang. selain itu didapatkan walaupun responden hanya menggunakan Indera visual dapat, muncul pula persepsi-persepsi yang dipicu oleh indera lainnya. selain itu penelitian ini juga menunjukan bagaimana event dapat mempengaruhi persepsi manusia.