Abstract:
SMP Santo Yusup 2 adalah salah satu sekolah yang memiliki ruang audiovisual untuk kegiatan pembelajaran di sekolah yang dominan digunakan untuk fungsi pidato. Ruang audiovisual ini memiliki modifikasi bentuk dan variasi penggunaan material pada elemen dinding, berupa lekukan dinding yang zig zag dan miring, serta kombinasi material pemantul, penyerap, dan pendifusi. Ruang audiovisual SMP Santo Yusup 2 juga menggunakan sistem tata suara dan penguat bunyi, yang terdiri dari mikrofon dan speaker. Sistem penguat bunyi memang bermanfaat untuk menguatkan tingkat tekanan bunyi, tetapi volume ruang tergolong kecil, yaitu hanya 370.2 m3 dengan kapasitas 80 orang, sehingga seharusnya ruang audiovisual ini dapat dirancang tanpa adanya sistem penguat bunyi oleh pengolahan akustik ruang berdasarkan prinsip yang benar, salah satunya dengan eksplorasi desain elemen dinding. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi desain elemen dinding ruang audiovisual SMP Santo Yusup 2 Bandung untuk mencari beberapa alternatif desain dan pengaruhnya pada akustik ruang. Strategi desain sesuai kebutuhan yang diharapkan bisa menjadi panduan dalam merancang sebuah ruang audiovisual sekolah tanpa menggunakan sistem tata suara dan penguat bunyi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-evaluatif dengan pendekatan kuantitatif. Ada dua tahap utama, yaitu tahap evaluasi kinerja akustik kondisi terkini ruang audiovisual dan eksplorasi pengembangan desain elemen dinding. Tahap evaluasi diawali dengan observasi langsung untuk mengumpulkan data fisik ruang dan informasi lainnya yang berguna bagi pengembangan desain. Ruang audiovisual dianalisis berdasarkan standar parameter objektif akustik untuk mengetahui kinerja akustiknya. Berdasarkan permasalahan akustik eksisting, dibuat 2 alternatif desain bentuk dan dan 5 alternatif material yang terdiri dari variasi presentase jumlah material untuk mencari pengaruhnya terhadap kinerja akustik. Alternatif desain 4 merupakan yang paling baik kinerjanya dibanding alternatif lainnya karena waktu dengungnya hampir di semua frekuensi mendekati optimum, distribusi SPL cukup merata dibanding alternatif lain walaupun tidak memenuhi standar di beberapa frekuensi, serta C50 dan D50 memenuhi standar. Waktu dengung tersebut dipengaruhi oleh faktor koefisien absorb material dan luas permukaannya. Jika material penyerap yang digunakan memiliki koefisien absorb yang tinggi, maka ruangan tersebut membutuhkan presentase jumlah material pemantul yang lebih banyak dan sebaliknya. Distribusi SPL yang kurang merata pada frekuensi menengah dan tinggi walaupun dinding sudah diubah menjadi 100% pemantul menunjukkan bahwa elemen dinding kurang memiliki pengaruh yang besar terhadap kemerataan suara. Faktor bentuk berpengaruh besar pada eliminasi cacat akustik, sedangkan faktor bentuk dan material berpengaruh besar pada seluruh parameter kecuali distribusi suara.