Abstract:
Abstrak – Museum Kebangkitan nasional merupakan salah satu bukti peninggalan dari masa kolonial yang masih ada. Pada saat ini, peninggalan yang bersifat fisik, spesifiknya bangunan, merupakan bukti sejarah yang paling mudah rusak dan hilang seiring berkembangnya zaman. Hilang atau rusaknya bukti sejarah tersebut dapat disebabkan oleh pembangunan dan pengembangan kawasan yang pesat. Maka dari itu diperlukan upaya konservasi pada bangunan bersejarah. Salah satu upaya konservasi adalah adaptasi/Adaptive reuse yang dapat mempertahankan fisik bangunan dan memberikan fungsi baru yang lebih relevan seiring berjalannya waktu dan perkembangan kawasan. Maka dari itu, perumusan masalah pada penelitian ini adalah mengevaluasi kecocokan fungsi museum yang merupakan fungsi baru, terhadap bangunan Museum Kebangkitan Nasional sebagai bangunan cagar budaya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kajian evaluatif kritis terhadap upaya Adaptive reuse sehingga dapat menjadi kajian pendukung dalam upaya pelestarian bangunan Museum Kebangkitan Nasional. Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori makna kultural, teori arsitektur transisi, teori konservasi, teori Adaptive reuse, teori cagar budaya, dan teori perancangan museum yang kemudian akan mengidentifikasikan elemen arsitektur signifikan dan digunakan sebagai dasar evaluasi Adaptive reuse. Dari tahap identifikasi elemen arsitektur signifikan didapatkan beberapa elemen arsitektur signifikan seperti selubung luar, selubung dalam, dan ornamen yang mayoritas mendapat pengaruh dari percampuran gaya arsitektur indische empire dan neo-klasik dengan sentuhan ekspresi militer. Pada analisa Adaptive reuse ditemukan elemen signifikan tersebut masih dipertahankan, akan tetapi, terdapat perlakuan terhadap beberapa ruang yang kemudian mengurangi nilai kulturalnya. Diharapkan kedepannya akan ada langkah-langkah lanjutan dalam menyikapi berkurangnya nilai kultural pada bangunan Museum Kebangkitan Nasional sehingga kandungan nilai pada bangunan dapat kembali dan dipertahankan.