Abstract:
Penyebaran awal agama Islam paling krusial adalah pada abad ke-16 hingga abad ke-17. Awal penyebaran agama Islam dilakukan oleh Kerajaan Demak dan Cirebon pada abad ke-16 namun mendapat tentangan dari bangsawan dato-dato yang beragama tarekat dan bangsawan Pajajaran serta resinya yang beragama Buwun dan Sunda Wiwitan. Penyebaran Islam pada abad ke-17 mendapat hambatan dari Belanda sehingga penyebaran pada akhirnya dilakukan oleh orang Moor atau orang Koja dari India. Namun, kekuasaan Islam mulai stabil pada abad ke-18 dan abad ke-19. Perbedaan dari kedua periode tersebut terletak pada kelompok penyebarnya, yaitu orang Moor masih melakukan penyebaran pada abad ke-18 sedangkan abad ke-19 dibantu penyebarannya oleh orang Arab. Arsitektur masjid Demak dan Cirebon menjadi introduksi awal dalam membentuk arsitektur masjid di Jakarta sehingga arsitektur masjid Demak dan Cirebon termasuk memiliki bagian dalam penciptaan standar arsitektur masjid di Jakarta. Namun, akibat adanya pergantian kelompok penyebaran Islam di Jakarta, eksistensi arsitektur masjid Demak dan Cirebon menjadi sebuah poin penting yang dipertanyakan. Tujuan studi ini adalah untuk menemukan persamaan elemen arsitektur masjid-masjid pada abad ke-16 hingga abad ke-19 di Jakarta terhadap elemen arsitektur masjid tua di Demak dan Cirebon. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, data diperoleh dari studi literatur, pengamatan langsung ke lapangan, serta dari observasi dan wawancara terhadap masjid pada abad ke-16 hingga abad ke-19 di Jakarta. Melalui analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa arsitektur peninggalan masjid di Demak memiliki pengaruh yang besar terhadap masjid di Jakarta pada abad ke-16. Namun, seiring dengan pergantian abad dan adanya peristiwa penting, terutama pergantian kekuasaan, peperangan dan banyaknya masyarakat multi etnis, eksistensi arsitektur peninggalan masjid di Demak dan Cirebon mulai memudar pada arsitektur di Jakarta hingga abad ke-19.