Abstract:
Penerapan konsep bangunan hijau, di bidang arsitektur, merupakan upaya yang dilakukan
untuk memperlambat dampak pemanasan global di dunia. Pemanasan global sendiri terjadi
karena jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer sangat banyak, dan tidak dapat lagi
diserap oleh bumi. Konsep bangunan hijau pun menjadi salah satu konsep utama yang saat ini
sudah banyak diterapkan pada rancangan arsitektur. Kebijakan mengenai bangunan hijau di
Indonesia sendiri diatur oleh Lembaga Green Building Council (GBC) Indonesia. Peraturan
mengenai bangunan hijau ini berperan sebagai rating tools yang dijadikan acuan peningkatan
keberlanjutan suatu bangunan. Salah satu rating tools yang digunakan di Indonesia, adalah EDGE
(Excellence in Design for Greater Efficiencies), yang merupakan rating tools yang dikeluarkan oleh
IFC (bagian dari kelompok Bank Dunia).
EDGE rang tools mengutamakan aspek efisiensi energi, efisiensi penggunaan material,
serta konservasi air. Semakin bagus usaha efisiensi yang dilakukan oleh suatu bangunan, maka nilai
persentase energi bangunan tersebut akan meningkat, dan dapat mencapai serfikasi
penghematan energi,air, dan material minimum 20%. Bila suatu bangunan berhasil mencapai
penghematan, maka bangunan tersebut juga berhasil mengurangi konsumsi energi bangunannya.
Tetapi pada prakknya, masih banyak bangunan, yang secara penggunaan energi bangunan, masih
belum opmal. Salah satunya yaitu Dinas Kearsipan dan Perpustakaan daerah Jawa Barat
(DISPUSIPDA JABAR) di Bandung.
Penelian menggunakan metode kuantaf dan kualitaf dengan menggunakan aplikasi
berbasis website EDGE sebagai alat simulasi. Hasil observasi awal yang didapatkan, menunjukkan
bahwa DISPUSIPDA JABAR mencapai persentase penghematan energi hanya sebesar 7.55%,
arnya upaya yang dilakukan sejauh ini, untuk penghematan energi bangunan, belum opmal.
Hasil observasi juga menunjukkan bahwa elemen selubung (kulit) bangunan sangat besar
pengaruhnya terhadap penghematan energi bangunan. Melalui parameter-parameter Energy
Efficiencies Measurements (EEM), untuk meningkatkan persentase efisiensi energi bangunan
DISPUSIPDA JABAR, dapat dilakukan melalui 4 (empat) pengupayaan, yaitu, meningkatkan kualitas
Window-to-Wall Rao bangunan (EEM01), meningkatkan insulasi atap bangunan (EEM05),
menggunakan green roof (EEM 07), dan menerapkan penggunaan energi terbarukan – panel surya
(EEM33).
Hasil analisis kemudian menyatakan penggunaan energi terbarukan, panel surya,
merupakan upaya yang peling besar pengaruhnya terhadap nilai efisiensi energi, bila dibandingkan
dengan kega parameter lainnya. Dilakukan pengujian terhadap perletakkan solar panel pada
bangunan, melalui permbangan letak Kota Bandung di garis khatuliswa, nilai Solar Factor kota
Bandung, dan arah orientasi eksisng bangunan DISPUSIPDA JABAR, serta menguji sejauh apa solar
panel ini dapat diterapkan untuk dapat mencapai serfikasi EDGE. Salah satu kesimpulan yang
didapatkan yaitu, perletakkan solar panel di atap maupun di fasad akan berdampak terhadap segi
termal, segi pencahayaan, segi esteka, segi pemeliharaan, dan segi beban konstruksi bangunan.