Abstract:
Pelanggaran hukum dalam suatu negara oleh perusahaan multinasional yang
beroperasi di negara tersebut dapat menyebabkan skandal. Volkswagen Group
merupakan salah satu perusahaan multinasional yang terlibat skandal akibat
pemasangan defeat device pada mesin kendaraaannya Meski telah terlibat skandal
dengan skala global, Volkswagen Group berhasil melakukan manajemen krisis yang
dilihat dari penjualan perusahan yang meningkat dengan cepat hanya satu tahun setelah
krisis besar menimpa perusahaan, yakni Dieselgate pada tahun 2015 dan pandemi
COVID-19 pada 2020. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti usaha-usaha
yang dilakukan Volkswagen Group dalam manajemen krisis, sehingga dapat
melakukan pemulihan dengan cepat setelah tertimpa krisis berskala besar. Penelitian
ini penting untuk menemukan cara manajemen krisis yang efektif setelah sebuah
perusahaan multinasional ditimpa skandal berskala besar. Analisis akan dilakukan
dengan menggunakan 2 kerangka pemikiran, yakni corporate diplomacy yang
menjelaskan penyelesaian masalah perusahaan multinasional di negara asing melalui
pemerintah negaranya dan relational model of crisis management yang menjelaskan
metode manajemen krisis. Berdasarkan analisis, penulis menemukan tiga temuan
utama. Penemuan pertama adalah manajemen krisis dilakukan oleh Volkswagen
dengan melakukan diplomasi perusahaan dengan menyelesaikan masalah bersama
lembaga hukum dan pemerintahan Amerika Serikat dan menjalankan proyek
lingkungan. Temuan kedua adalah selain masalah hukum, Volkswagen telah
melakukan perubahan internal seperti mekanisme kerja perusahaan, yang menunjukkan
niat baik perusahaan untuk berubah di pandangan masyarakat Amerika Serikat. Temuan
ketiga adalah terkait peralihan fokus produksi dari mesin diesel menjadi kendaraan
elektrik nol emisi yang selaras dengan kepentingan lingkungan.