Abstract:
Kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin negara berimplikasi pada pengambilan
keputusan suatu negara. Sama halnya dengan masa kepemimpinan Joko Widodo,
faktor kepribadian menjadi salah satu alasan dibalik pengambilan keputusan di Laut
Natuna. Pada awalnya, Indonesia tidak terlibat dalam konflik Laut Tiongkok
Selatan. Namun pada tahun 2010, kebijakan Tiongkok terkait Nine Dash Line
membawa Indonesia terlibat ke dalam sengketa Laut Natuna. Meskipun UNCLOS
1982 menetapkan Natuna sebagai dari Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia,
Tiongkok tetap mengabaikan dan melakukan pelanggaran di Laut Natuna.
Indonesia kemudian menanggapi hal tersebut dengan membentuk nota protes,
perubahan peta, kerjasama dengan negara lain, melakukan rapat, kunjungan, dan
bahkan sampai meningkatkan pertahanan. Pada aspek lain, Indonesia dan Tiongkok
memiliki kedekatan dalam bidang ekonomi. Menimbang kedekatan yang dimiliki,
Indonesia seharusnya tidak berlaku agresif dan memberikan keringanan perihal
pelanggaran Tiongkok di Laut Natuna. Maka dari itu, fenomena ini memunculkan
pertanyaan penelitian “Bagaimana faktor-faktor idiosinkratik Joko Widodo
berimplikasi dalam proses formulasi kebijakan luar negeri Indonesia di Laut
Natuna?”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kepribadian dari
Joko Widodo yang menyebabkan terbentuknya kebijakan luar negeri Indonesia di
Laut Natuna. Penulis menggunakan metode penelitian gabungan antara kualitatif
dan kuantitatif dengan pengumpulan data berupa studi pustaka dan perhitungan
kuesioner. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan metode The Big Five
Personality Traits, yaitu neuroticism, agreeableness, conscientiousness, openness
to experience, dan extraversion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar
belakang, citra, dan kepribadian neuroticism, yaitu tingkat sentimen tinggi yang
dimiliki dapat mempengaruhi cara pandang dan pola pikirnya sebagai seorang
presiden.