Abstract:
Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang sangat penting
dalam sebuah bangunan ibadah, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman, salah satu
faktor yang berpengaruh yaitu faktor iklim. Faktor iklim yang mempengaruhi diantaranya terdiri
dari: suhu udara, suhu radiasi rata-rata, kelembaban udara serta kecepatan angin.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana kenyamanan termal yang ada pada
Masjid Umar Bin Khattab dan adakah pengaruh skylight didalamnya. Berada di perumahan Bentang
Artha Residence, Ciwastra, Bandung, bangunan yang terdiri dari 1 lantai dasar dan 1 lantai semi
basement ini memiliki fungsi sebagai tempat ibadah umat muslim dan didirikan pada tahun 2020.
Bangunan ini terletak pada koordinat tepat pada orientasi utara-selatan dan timur-baratnya. Jenis
penelitian menggunakan metoda analisis data kuantitatif melalui kegiatan observasi dan simulasi
eksperimental dengan instrumen software Google, Sketchup dan Autodesk CFD sebagai software
3D modeling.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukan bahwa kondisi kenyamanan termal di
Masjid Umar Bin Khattab dengan perhitungan rata-rata CET berada pada kondisi hangat nyaman.
Tingginya nilai CET disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal, dari
data pengukuran lapangan yang didapat, nilai temperatur TA dan TG pada Masjid Umar Bin Khattab
relatif tinggi, lalu kelembabap (RH) melebihi standar kelembaban iklim tropis di indonesia yaitu 40-
60 % (SNI 03-6572-2001), kecepatan angin juga sangat rendah, kurang dari standar kecepatan angin
iklim tropis di indonesia yang rata-rata berkisar 0.15 - 0.25 m/s (SNI 03-6572-2001). Setelah ditinjau
berdasarkan hasil perbandingan TA dan TG dan pembayangan pada tapak, ruang ibadah pada jam
12.00 PM saat matahari tepat berada di atas bangunan, dimana cahaya matahari masuk secara
langsung melalui Skylight, didapat nilai TG rata-rata lebih rendah dari nilai TA. Hal tersebut
menunjukan bahwa kenyamanan termal pada ruang ibadah tidak dipengaruhi oleh radiasi Skylight.
Hal ini di pengaruhi oleh penggunaan material skylight yang dapat mentranmitansikan radiasi
sebesar 71 dan merefleksikan radiasi sebesar 7.
Temuan lain yang didapat dari penelitian ini bahwa pergerakan udara di dalam bangunan
relatif rendah, hal tersebut menyebabkan kelembaban didalam bangunan tinggi. Minimnya
pergerakan udara pada ruang dalam masjid disebabkan oleh kurangnya peran ventilasi dalam
meningkatkan laju penguapan. Berdasarkan perhitungan luas bukaan Masjid Umar Bin Khattab
belum memenuhi standar luas ideal yaitu 40-80%. Luas bukaan pada sisi selatan 4,4%, sisi timur
24,6%, sisi utara 6,5%, dan sisi barat 0%. Rasio inlet dan outlet pada sisi utara dan selatan memiliki
rasio 7:5 maka pergerakan udara tidak akan mengalami peningkatan kecepatan (0%) melaikan
penurunan kecepatan karena ukuran inlet lebih besar dibandingkan outlet. Sementara pada sisi timur
dan barat memiliki rasio 6:0 maka pergerakan udara akan mengalami eddy. Hal tersebutlah yang
mengakibatkan minimnya pergerakan udara sehingga menyebabkan kurangnya laju penguapan di
dalam bangunan.