Abstract:
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat di suatu negara adalah
budaya literasi. Sayangnya, budaya literasi di Indonesia masih terkategori rendah. Untuk
meningkatkan budaya literasi, perlu ada perhatian terhadap ketersediaan fasilitas publik, salah
satunya perpustakaan. Perpustakaan umum dibangun dengan tujuan agar informasi dapat diakses
oleh siapa saja, tidak terkecuali penyandang disabilitas seperti penyandang tunanetra. Tunanetra
merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mermiliki
hambatan pada indra penglihatan.
Untuk menghadirkan perpustakaan yang inklusif, dapat dilakukan dengan memberikan
aksesibilitas terhadap sumber-sumber yang dapat dikonsumsi oleh kaum tunanetra, seperti
audiobook, buku braille, serta komputer yang dapat berbicara. Perpustakaan Jakarta merupakan
sebuah perpustakaan umum daerah yang mengakomodasi fasilitas-fasilitas tersebut yang ditujukan
untuk penyandang disabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana desain
Perpustakaan Jakarta mengakomodasi aksesibilitas kaum tunanetra.
Metode yang digunakan dalam penelitian merupakan metode campuran kualitatif dan
kuantitatif. Metode kulitatif dilakukan melalui studi literatur, survei lapangan dan wawancara.
Metode kuantitatif digunakan dengan mengembangkan tabel penilaian berdasarkan studi literatur.
Kesimpulan dicapai sebagai sintesis antara seberapa jauh Perpustakaan Jakarta mengkomodasi
aksesibilitas sesuai dengan standar yang ada beserta pengalaman kaum tunanetra saat menggunakan
fasilitas.
Hasil kesimpulan yang didapat adalah Perpustakaan Jakarta sudah memenuhi sebagian besar
dari ketentuan di standar yaitu lebih dari 70% dengan poin 236 (80.8%) dari 292 poin maksimal.
Berdasarkan wawancara dan observasi terhadap simulasi aksesibilitas tunanetra di Perpustakaan
Jakarta, masih terdapat beberapa fasilitas pada Perpustakaan Jakarta yang dapat ditingkatkan. Secara
garis besar, pengalaman penyandang tunanetra pada Perpustakaan Jakarta dapat dinyatakan aman
dan nyaman.