Abstract:
Sektor industri di Indonesia terus mengalami perkembangan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2019, industri manufaktur Indonesia sempat berhasil masuk ke
dalam peringkat 5 besar di antara negara-negara G-20. Salah satu sektor industri
manufaktur yang diunggulkan oleh Kemenperin adalah industri tekstil. Selama ini,
Indonesia sering kali dinobatkan sebagai salah satu negara penghasil dan pelaku
ekspor tekstil terbesar di Asia maupun di dunia. Kesempatan untuk mendapatkan
profit yang besar pada industri ini terbuka lebar oleh karena adanya perdagangan
bebas, sehingga perusahaan yang berada dalam industri tekstil dapat lebih mudah
mengembangkan usahanya secara global. Namun, pertumbuhan profit per tahun
yang berfluktuatif meningkat nyatanya tidak selalu membuat perusahaan yang
berkecimpung di bidang tekstil mampu berada dalam posisi keuangan yang
menguntungkan, seperti yang dialami oleh PT Century Textile Tbk. Dalam jangka
waktu kurang lebih 6 tahun sejak tahun 2016 hingga 2021, perusahaan secara
berturut turut mengalami kerugian pada laba bersihnya yang kemudian
menyebabkan ekuitasnya menjadi negatif. Selain itu, perusahaan juga memiliki
utang jangka pendek yang nilainya jauh lebih besar dari pada aset lancarnya.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk menilai kinerja keuangan
PT Century Textile Tbk selama tahun 2016 hingga 2021 menggunakan rasio
keuangan dan metode economic value added (EVA). Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kondisi kesehatan dan kinerja
keuangan perusahaan berada dalam keadaan yang kurang baik. Sebab dari tahun
2016 hingga 2021, perusahaan memiliki nilai rasio likuiditas, aktivitas,
profitabilitas, dan solvabilitas yang rendah. Selain itu, penilaian terhadap EVA
perusahaan kebanyakan menunjukan hasil yang negatif, yang artinya perusahaan
tidak mampu memberikan nilai tambah terhadap modal yang telah diinvestasikan
oleh para investornya.
Melalui penelitian ini, perusahaan diberikan saran untuk melakukan
efisiensi terhadap beban pokok penjualan, beban penjualan, dan beban administrasi
yang berpengaruh secara signifikan terhadap laba bersih yang diperolehnya. Selain
itu, perusahaan juga disarankan untuk mengurangi jumlah persediaan yang
disiapkan di setiap tahunnya. Sebab, persediaan merupakan aset lancar yang paling
sulit untuk dilikuidasi dibandingkan dengan aset lancar lainnya. Terakhir
perusahaan juga disarankan untuk melakukan restrukturisasi terhadap utang dan
beban bunganya untuk memperingan beban pembayaran perusahaan.