Abstract:
Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis, negara dengan iklim ini umumnya memiliki permasalahan dalam kenyamanan termal . Kota Bandung saat ini mengalami peningkatan suhu dan kelembapan . Rumah Deret Tamansari Bandung adalah tempat tinggal layak huni yang disediakan oleh pemerintah.Bangunan ini memiliki desain yang bulky, sehingga dapat menimbulkan potensi terjadinya ketidaknyamanan termal yang disebabkan oleh sulitnya udara untuk masuk ke dalam bangunan. Dan untuk mengatasi hal tersebut, maka arsitek merancang koridor yang memiliki bukaan dan menerapkan sistem cross ventilation dan juga terdapat void (stack effect) Unit hunian memiliki ventilasi jalusi kaca dan jendela untuk kenyamanan termalnya. Penggunaan jalusi kaca ini dianggap dapat membuat udara bergerak lebih lancar.Tujuan utama penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui dan menganalisa dampak dan efektivitas dari penerapan cross-ventilation dan stack effect dalam mendukung kenyamanan termal di objek studi,serta untuk menganalisa pengaruh dari ventilasi jalusi kaca dalam mengarahkan pergerakan udara di unit huniannya.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Deret Tamansari Bandung.Metode penelitian ini yaitu kuantitatif. Data dalam penelitian ini didapatkan dari hasil pengukuran dengan bantuan alat bantu ukur( Hot Wire Anemometer dan WBGT Meter) yang digunakan untuk mengukur DBT, WBT, dan RH. Selain observasi, dalam penelitian ini data didapatkan juga dari hasil simulasi kondisi awal bangunan dan upaya optimasi yang dilakukan dengan bantuan software Autodesk CFD. Analisis data dilakukan dengan mengolah data hasil observasi dengan psycrometric chart untuk mengetahui TE dari objek studi dan hasilnya diolah dalam bentuk tabel dan denah hasil pengukuran. Sedangkan untuk hasil simulasi diolah dengan gambar hasil simulasi dan penjelasan melalui paragraf.
Kesimpulan pada penelitian ini didapatkan dari hasil pengukuran di objek studi dan simulasi dengan software CFD.Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa pergerakan udara di bangunan lebih dipengaruhi oleh sistem cross ventilationnya, sedangkan void hanya memiliki peran yang minim. Penggunaan ventilasi jalusi kaca di objek studi hanya memiliki peran yang minim, yang diketahu dari kecepatan udara di unit huniannya yang hanya 0-0,2 m/s. Upaya optimasi yang dilakukan sebanyak dua kali menghasilkan hasil distribusi udara yang merata di salah satu unit hunian saja. Optimasi dilakukan dengan mendesain inlet yang lebih besar dari outlet dan terdapat dua posisi peletakkannya, pertama diatas level ketinggian aktivitas manusia dan yang kedua sejajar dengan aktivitas manusia. Dari kedua hal tersebut dapat diketahui bahwa dengan meletakkan diatas level manusia, pendinginan lebih kearah pendinginian struktur, sedangkan jika peletakkan sejajar, maka pendinginan lebih kearah fisiologis manusia.Hasil optimasi yaitu adanya peningkatan kecepatan udara sebesar 20-40% di salah satu unit hunian objek studi.