dc.description.abstract |
Pada tahun 1600an, Kristen Protestan, yang merupakan pecahan dari Kristen Katolik,
mulai mendorong gerakan reformasi, akibatnya pada tahun 1692 terbangun gereja Kristen
Protestan yang pertama kali di Indonesia. Doktrin Reformasi mempengaruhi liturgi dan bentuk
bangunan gereja yang mengutamakan kesederhanaan. Pada tahun 1984, perkembangan
teknologi yang pesat dan kemunculan gerakan Reformed Injili (Reformasi Injili) yang menekan
kembali dan mendefinisikan kembali standar gereja yang menjadi gereja tradisional, maka
banyak gereja yang sudah ada sebelum gerakan Reformasi Injili merenovasi atau membangun
kembali bangunan gereja baru menjadi gereja modern. Ada banyak faktor lain juga yang
mempengaruhi membawa perubahan dari gereja tradisional menjadi modern, tetapi setiap gereja
memiliki pendekatan perubahan masing-masing. Terdapat gereja yang mencoba
mempertahankan bentuk tradisionalnya, ada yang mengubah hanya sebagian, ada yang
merombak secara menyeluruh dan ada yang membangun bangunan gereja modern baru tetapi
bangunan tradisionalnya tetap dipertahankan.
Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dibantu dengan kuantitatif,
hasilnya akan disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi, dan ilustrasi. Penelitian dilakukan
dengan observasi pada fenomena transformasi yang terjadi dari gereja tradisional menjadi
modern. Terdapat 4 kasus studi utama pada 3 kota berbeda yang akan di observasi
transformasinya yaitu Gereja Kristus Yesus Mangga Besar, Gereja Protestan di Indonesia Barat
Sion yang berada di Jakarta, Gereja Kristen Indonesia Stadion yang berada di Semarang, dan
Gereja Protestan di Indonesia Barat Immanuel yang berada di Makassar. Analisis akan dilakukan
dari segi fasad, bentuk dan ruang yang dilihat berdasarkan transformasi arsitektur gereja dulu
baru secara umum.
Hasil dari survei dan analisis dari segi fasad, bentuk dan ruang mengemukakan bahwa
transformasi gereja dari tradisional menjadi modern adalah akibat beberapa faktor yaitu gerakan
Reformasi Injili yang mendefinisikan kembali gereja protestan modern yang berdenominasi
Reformasi, bertambahnya jumlah jemaat dan teknologi yang maju. Transformasi juga bersifat
individual dan ada beberapa peraturan baru yang mendefinisikan gereja protestan reform modern
melalui gerakan Reformasi Injili, seperti penerapan konsep Alkitab dan mimbar yang kecil.
Secara arsitektural, fasad yang lebih ramai, dan perubahan bentuk dari sederhana menjadi lebih
megah, secara utilitas lebih mengandalkan teknologi baru. Bentuk ruang terutama pada aula
ibadah juga menjadi lebih lebar dibandingkan gereja tradisional yang hanya memanjang dan
ramping. Gereja yang masih mempertahankan bentuk tradisionalnya adalah akibat upaya
pelestarian historis dan juga adanya faktor dana dan undang-undang cagar budaya yang
mempengaruhi. |
en_US |