Abstract:
Semangat inkulturasi sejak Konsili Vatikan II semakin dipertegas dan
membawa pengaruh hingga ke Indonesia. Terlihat implementasi inkulturasi pada
bangunan gedung Gereja Katolik Stefanus Cilandak yang mengadopsi Arsitektur
Jawa sebagai fisik bangunan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan
sakralitas Gereja Katolik Stefanus Cilandak dari isu inkulturasi. Metode
Deskriptif analitik digunakan untuk mengungkap isu inkulturasi pada fisik
bangunan serta menguraikan bagaimana sakralitas Gereja Katolik Stefanus
Cilandak terhadap isu tersebut. Penelitian dilakukan dengan cara membuat model
ulang sketchup dan mendokumentasikan eksterior serta interior objek, kemudian
dianalisis terkait inkulturasi dan sakralitas dengan pendekatan Eliade, Jones,
Hoffman dan Barrie dalam cakupan orientasi, hirarki dan identifikasi sakral.
Penerapan atap joglo garis pada fungsi bangunan ibadah dinilai tidak tepat, karna
pada rumah ibadah, atap joglo titik yang digunakan sebagai simbol Tuhan yang
Esa sehingga dianggap sakral, ruang sakral objek dan referensi Arsitektur Jawa
memiliki prinsip yang sama dalam hal benda-benda kontemplatif namun,
perletakan ruang sakral memiliki perbedaan. Hasil akhir penelitian Arsitektur
Jawa yang menjadi wadah bangunan Gereja Katolik Stefanus Cilandak terhadap
sakralitas mengungkap bahwa sakralitas gereja ini tidak sakral jika dilihat dari
fisik bangunan dan penerapannya pada fungsi Gereja Katolik atau tempat ibadah.