Abstract:
Tidak semua desain konsep dari sayembara arsitektur sesuai dengan hasil akhir bangunan yang dibangun. Contohnya terjadi pada proyek gedung Opera House di Sydney, Australia, di mana desain pemenang sayembara yang dibuat oleh arsitek Jørn Utzon tidak sepenuhnya terwujud dalam hasil bangunan akhir. Fenomena serupa juga diungkapkan oleh arsitek Antonius Richard dalam sebuah webinar, di mana banyak karya sayembara arsitektur terbangun dengan perbedaan signifikan dari konsep awal, yang membuatnya meragukan partisipasinya dalam sayembara di Indonesia. Dalam konteks ini, teori adhocism menjadi relevan sebagai pendekatan untuk memahami perubahan dan improvisasi yang terjadi dalam proses setelah sayembara selesai sebagai respons terhadap kondisi yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi improvisasi atau perubahan berdasarkan prinsip Adhocism menurut Charles Jencks dan Nathan Silver. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif pada 3 objek studi. Data akan dikumpulkan melalui wawancara dengan pemenang sayembara, dan analisis terhadap temuan perbedaan terkait desain yang ditawarkan pada sayembara dan hasil akhirnya. Lalu secara kualitatif mengaitkan faktor perubahan atau improvisasi tersebut dengan teori Adhocism sebagai evaluasi perubahan pada hasil akhir bangunan. Dari 3 objek studi yang dibahas, realisasi desain terlihat perbedaan yang signifikan terhadap desain yang ditawarkan pada sayembara. Terjadi perubahan konsep besar yang berdampak terhadap perubahan bentuk tatanan massa bangunan, bentuk bangunan, tampak bangunan, fungsi bangunan, hingga visi yang ingin disampaikan oleh arsitek pemenang sayembara. Faktor utama perubahan desain pada realisasi bangunan karena adanya personalisasi desain atau perbedaan preferensi desain pada pemilik proyek dengan dewan juri. Adhocism terjadi dan tercerminkan pada setiap objek studi yang dibahas. Pada kasus ini, memiliki kecenderungan terjadinya prinsip “Repersonalizing subsystem,” dan “High Adhocism”. Penulis menyimpulkan, perubahan desain pada sayembara terbangun didasari dengan alasan yang sederhana (High Adhocism), yaitu karena pemilik proyek memiliki preferensi atau selera yang berbeda dengan dewan juri (Re-personalizing subsystem). Hal ini menunjukkan adanya dinamika yang terjadi setelah penjurian, di mana pemilik proyek memiliki kebebasan untuk mempengaruhi hasil akhir berdasarkan preferensi pribadi.