Abstract:
Arsitektur Bangunan Hijau atau yang dikenal sebagai Green Building Architecture merupakan konsep yang baik untuk diterapkan pada bangunan salah satunya karena tujuannya yang mulia. Tujuan dari arsitektur hijau adalah mengurangi penggunaan energi pada bangunan tanpa mengurangi standar kenyamanan bangunan. Konsep tersebut sudah menyebar sampai ke Indonesia.
Konsep arsitektur bangunan hijau juga diterapkan pada bangunan kampus Universitas Katolik Parahyangan, khususnya pada bangunan Pusat Pembelajaran Arntz Geise tahap 2 atau yang biasa dikenal dengan Gedung PPAG 2 yang memiliki berbagai fungsi salah satunya adalah ruang studio arsitektur. Ruang studio arsitektur tersebut berada di lantai 8 gedung utara.
Penelitian ini akan membahas tentang sejauh mana konsep bangunan hijau tersebut diterapkan, efektifitas implementasi konsep bangunan hijau, dan pengaruhnya terhadap produktivitas penggunanya. Berdasarkan alur tersebut, sifat penelitian ini merupakan sebuah penilaian atau evaluasi terhadap Ruang Studio Arsitektur Gedung PPAG tahap 2. Jika kondisi termal sudah nyaman karena adanya konsep bangunan hijau, maka bangunan tersebut sudah dapat digunakan dengan maksimal.
Teori yang akan digunakan yaitu teori yang membahas tentang bangunan hijau, teori mengenai sistem penghawaan alami serta prinsip-prinsipnya, psychrometric chart dan teori pengaruh antara kondisi termal dan produktivitas penggunanya. Dengan teori-teori tersebut, hasil yang didapat akan maksimal karena menjangkau bagian kondisi termal secara keseluruhan dan akan mendukung analisis yang ada.
Waktu pengambilan sampel data dilakukan pada satu hari di obyek penelitian menggunakan dua alat utama yakni Wet-Bulb Globe Termometer (WBGT) dan Hot Wire Anemometer. Kedua alat tersebut akan digunakan pada setiap titik ukur yang sudah ditentukan di waktu yang berbeda. Waktu yang dipilih juga mewakili jadwal kegiatan studio secara keseluruhan dengan rentang waktu tiga jam.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kondisi termal ruang studio arsitektur PPAG tahap 2 dikategorikan tidak nyaman pada beberapa aspek. Selain data pengukuran termal, terdapat data sistem penghawaan eksisting dari bangunan tersebut. Jika menggabungkan antara data termal dan data sistem penghawaan eksisting, analisis antara pengaruh kedua unsur tersebut akan membuahkan inti permasalahan yang ada.