Abstract:
Pembanguan kota dalam satu dekade terakhir ini menunjukan kepekaanya terhadap pengembangan kawasan berbasis transit. Sangat terlihat dalam pembangunan fasiliats publik yang mempertimbangkan efektifitas penggunana sarana transportasi massal. Jakarta telah menghadapai permasalahaan kepadatan kendaraan pribadi selama belasan tahun dan sampai pada saat penelitian ini dilaksanakan, permasalah tersebut masih belum mendapatkan jawaban yang sangat berdampak bagi aktivitas yangterjadi di dalam kota Jakarta. Kawasan Sudirman Central Business District menjadi salah satu kawasan yang direncanakan menjadi salah satu kawaasan yang dibangun dengan basis perencanaan berorientasi transit. Pada tahun 2013 secara resmi melalui Peraturan Gubernur Provisnsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 82 mengenai Panduan Rancang Kota Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, kawasan SCBD menjadi kawasan yang akan mendapatkan prioritas dan akan difasilitasi dengan Mass Rapid Transit. Dari peresmian kawasan SCBD sebagai bagaina dari kawasan yang akan dikembangankan menurut prinsip TOD, maka pada tahun 2022 pada penelitian ini dibuat penulis akan menilite seberapa jauh prinsip walk diterapkan pada kawasan ini, mengingat fasilitas transportasi massal akan sangat terpengaruh dengan kelengkapan fasilitas penjalan kaki yang ada pada kawasan yang mewadahi. Elemen prinsip walk dikutip berdasarkan TOD Standards 3rd edition yang ditrerbitkan oleh Institute for Transportation (ITDP) yang meruapak intitusi dalam standarisasi fasilitas public berbasis TOD. Penelitian ini juga mengkaji bagaimana regulasi lokal yang ada dapat diintegrasikan kedalam standarisasi TOD. Kesesuaian fasilitas terbanguan dengan satndar yang ada menjadi titik berat dalam penelitian ini. Melalui penelitian ini diharapakan peneliti dan mengulik lebih dalam ketersesdiaan fasilitas pejalan kaki dengan penerapan standarisasi pembangunan berbasis transit. Dari Analisa kesesuaian dapat terlihat bagaimana performa fasilitas terbangun dalam memfasilitasi pengguna jalan dan menghadirkan rasa aman dan nyaman ke dalam lingkungan penelitian. Diperoleh kesimpulan bahwa fasiliat terbangun yang ada di kawasan niaga terpadu Sudirman memiliki tingkat kesesuaian yang cukup rendah. Namun hal ini terjadi karena kurangnya perhatian terhadap detail fasilitas dan standarisasi dimensi. Usaha yang baik terlihat dari kawasan penelitan yang dapat memenuhi checklist elemen ruang pejalan kaki, namun sangat disayangkan masih banyak fasilitas yang tidak sesuai dengan standar yang ada.