dc.description.abstract |
Manusia dalam hidupnya memiliki beberapa kebutuhan dasar, yang salah satunya
adalah tempat tinggal. Tempat tinggal manusia tersebut akan membentuk suatu komunitas
yang lebih besar, yang dapat disebut sebagai permukiman. Begitu juga dengan Masyarakat
Cina yang datang ke Yogyakarta pada sekitar abad 17 hingga abad 18. Mereka
membutuhkan tempat tinggal. Semakin lama, semakin banyak pula Masyarakat Cina yang
berdatangan dan membutuhkan tempat tinggal yang semakin luas. Hingga pada akhirnya,
membentuk satu Kawasan permukiman sebagai lingkungan binaan. Masyarakat Cina
memilih tempat bermukim yang dekat dengan pusat Kota, yaitu di sekitaran Keraton
Yogyakarta, tepatnya di arah utara dari Keraton. Dan sisa-sisa permukiman Pecinan ini
masih ada hingga sekarang, yaitu di Kawasan Kampung Ketandan. Namun, masih terdapat
beberapa bangunan dengan ciri khas Arsitektur Cina di sepanjang Kawasan Malioboro.
Sehingga, perlu dilakukan identifikasi menyeluruh terhadap permukiman Pecinan di
Kawasan Malioboro ini. Dengan demikian, dapat diketahui Kawasan Pecinan yang
sesungguhnya di Kota Yogyakarta, serta perubahan yang terjadi terhadap tata letak
permukiman tersebut. Sehingga, nantinya dapat dikembangkan sebagai objek pariwisata
Pecinan di Kota Yogyakarta.
Untuk penelitian ini menggunakan metode deskriptif - kualitatif. Metode deskriptif
digunakan dengan cara mendeskripsikan keadaan fisik maupun non-fisik eksisting
Kawasan Malioboro Kota Yogyakarta pada setiap periode yang berbeda. Penelitian ini juga
menggunakan metode research dengan menggunakan teori morfologi dari buku evolusi
bentuk Kota oleh Brenda Case Scheer. Teori morfologi Kota digunakan untuk menguraikan
objek studi dan faktor fisik non-fisiknya.
Dari proses analisis penelitian, maka dapat diketahui dinamika perubahan Kawasan
Pecinan di Kota Yogyakarta, dari masa pra kolonial, kolonial, kemerdekaan, orde baru,
hingga sekarang. |
en_US |