Abstract:
Konflik Sengketa wilayah Kashmir, yang dilakukan oleh India dan Pakistan telah berlangsung sepanjang lebih dari 70 tahun. Untuk me11yelesaikan masalah sengketa wilayah Kashmir tersebut, kedua negara telah rnelakukan berbagai macam negosiasi. Tetapi, seringkali ncgosiasi yang dilakukan oleh India dan Pak.isian berujung pada kebuntuan (deadlock) yang mengakibatkan konJlik lndia dan Pakistan terhadap isu tersebm masih belum terselesaikan. Oleh karcna itu, tmtuk menjawab pertanyaan penelitian "Mengapa India dan Pakistan masih mau rnelakukan negosiasi rneskipun seringkali negosiasi tersebut diak.hiri deugan kebuntuan t· penulis ak.a11 meujawabuya dengan menggunak.an konsep Negosiasi dalam Resolusi Konflik serta Kematangan "Ripeness" dalam Kontlik oleb l William Za1tman, dan Konsep Kebuntuan da!am Dinamik.a Negosiasi oleh Guy Oliever raure. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kebuntuan yang tetjadi clidalam negosiasi antara India dan Pakistan terkait sengketa wi)ayah Kasb1J1ir disebabkan oleh bcbcrapa faktor, yakni faktor eks1crnaJ, internal, struktural dan proses, perilaku serla strategis. Selain itu, penulis juga menyirnpulkan bahwa India dan Pakistan masih ingin mclakukan Negosiasi terkait dengan sengketa wilayah Kashmir kareoa konflik tersebut sudah dalam l<eadaan matang atau "ripe", dimana kcdua negara telalt merasakan adanya Mutually Hurting Stalemate (MHS) dan Way Out (WO). yang membuat mercka ingin melakukan negosiasi. Telapi. matangnya konflik tersebul masih belum cukup untuk membuat k.edua negara untuk menemuk.an solusi terkait konflik tersebut di dalam negosiasinya karena sedik.itnya Mutually Enticing Opportu11iries (MEO) yang diberikai1 olch kedua negara membuat negosiasi menjadi gaga I dan scringkali diakhiri dengan kebuntuan.