Abstract:
Dewasa ini virtual reality tidak hanya dimanfaatkan untuk hiburan semata, tetapi
pada industri manufaktur. Industri manufaktur mulai mengadopsi virtual reality untuk
digunakan sebagai media pelatihan pekerja. Adopsi dari virtual reality dapat membantu
meningkatkan kinerja dan mengurangi biaya pelatihan. Namun, penelitian yang dilakukan
untuk memahami pengaruh perbedaan individu terhadap kinerja pada virtual reality masih
terbatas. Pengunaan indeks pengukuran fisiologis juga jarang ditemukan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui efek dari realitas dan jenis kelamin terhadap tingkat kinerja,
stres, dan kewaspadaan pekerja.
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen 2x2 between subject factorial
design, dengan faktor jenis kelamin (perempuan dan laki-laki) serta realitas (virtual reality
dan real world). Tingkat kinerja, stres, dan kewaspadaan partisipan dinilai saat melakukan
sebuah pekerjaan repetitif. Sebelum pekerjaan, partisipan melakukan psychomotor
vigilance test (PVT), diukur konduktansi kulitnya dengan galvanic skin response (GSR),
dan latihan. Setelah latihan, partisipan melakukan pekerjaan pada virtual reality atau real
world sambil diukur konduktansi kulitnya. Partisipan kembali melakukan PVT dan mengisi
form untuk NASA Task Load Index (TLX). Data yang dihasilkan dari 36 partisipan ini diolah
dengan menggunakan statistika deskriptif. Selain itu, efek dan interaksi kedua faktor akan
diuji dengan menggunakan Two-way Analysis of Variance (ANOVA).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa faktor jenis kelamin
tidak mempengaruhi tingkat kinerja, stres, dan kewaspadaan. Namun, faktor realitas
berpengaruh terhadap tingkat kinerja yang dihasilkan dan dimoderasi oleh jenis kelamin.
Rekomendasi penyesuaian yang diberikan adalah melakukan pelatihan pada salah satu
realitas mempertimbangkan sumber daya yang tersedia, serta karakteristik dari pekerjaan
dan komponen penyusunnya.