Abstract:
Setiap aktivitas manusia takkan terlepas dari risiko, apalagi bagi perusahaan
besar yang setiap hari dihadapkan pada keputusan-keputusan penting dan sasaran yang
harus dicapai. PT X merupakan perusahaan manufaktur kain yang memproduksi kain
hasil printing sesuai permintaan konsumen. Beberapa tahun belakang, keuntungan PT X
mengalami penurunan. Pada tahun ini, PT X memiliki sasaran untuk dapat meningkatkan
keuntungan. Oleh karena itu, perlu diterapkan proses manajemen risiko yang sistematis
untuk dapat membantu PT X mencapai sasarannya dan menghindarkannya dari kerugian.
Proses pengelolaan risiko pada PT X diterapkan dengan paduan dari ISO
31000: 2018. ISO 31000 ini merupakan standar yang dijadikan acuan oleh BSN dalam
proses penerapan manajemen risiko di Indonesia. Sebelum memulai proses manajemen
risiko, maka ditentukan terlebih dahulu lingkup, konteks, dan kriteria dari manajemen
risiko. Hal ini membantu proses manajemen risiko dengan menetapkan batasan dan
aturan sehingga proses pengelolaan risiko bisa lebih terfokus. Konteks eksternal pada
PT X ditetapkan menggunakan analisis PESTLE dan analisis stakeholder, sedangkan
konteks internal ditetapkan dengan analisis SWOT dan analisis proses bisnis. Setelah itu,
maka dilakukan proses asesmen risiko. Tahap identifikasi risiko pada PT X menggunakan
teknik semi-structured interview dan Risk Breakdown Structure (RBS). Tahap analisis
risiko pada PT X menggunakan teknik root-cause analysis dan consequence-likelihood
matrix. Tahap terakhir dari proses asesmen risiko adalah evaluasi risiko, menggunakan
teknik consequence-likelihood matrix. Risiko yang telah dinilai kemudian diberi usulan
perlakuan. Manfaat dan biaya dari usulan terhadap risiko pada PT X dinilai melalui teknik
cost-benefit analysis.
Penerapan manajemen risiko pada PT X berhasil mengidentifikasi 109 buah
risiko negatif, dengan 72 di antaranya termasuk kategori rendah, 29 termasuk kategori
menengah, dan 8 termasuk kategori tinggi. Untuk risiko positif, diperoleh 20 buah risiko,
dengan 11 buah risiko kategori rendah, 7 risiko kategori menengah, dan 2 risiko kategori
tinggi. Risiko dengan kategori tinggi dan menengah diberi usulan perlakuan lebih lanjut.
Beberapa usulan yang diberikan antara lain, menghitung reorder point dalam melakukan
pemesanan ulang, meningkatkan promosi perusahaan, membeli mesin baru yang
memiliki teknologi lebih modern, membuka kembali perdagangan eskpor, menegaskan
protokol kesahatan yang berlaku pada perusahaan, dan lain-lain.