Abstract:
Setiap kota memiliki citra visualnya tersendiri dan memiliki keunikannya masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari panorama bentang kota pada kawasan tersebut. Namun sampai saat ini, bahasan mengenai panorama bentang kota masih sangat sedikit. Hal ini dikarenakan kesulitan akan dasar teori hingga penelitian mengenai topik terkait. Padahal begitu banyak elemen yang terdapat di dalam kawasan bentang kota yang memiliki makna dan memberikan dampak terhadap keunikan dari panorama bentang kota itu sendiri. Akibat dari kurangnya wawasan dan pedoman yang lebih mengenai hal ini, maka semakin sedikit juga individu yang sadar untuk mengapresiasi kawasannya sendiri.
Pembahasan maupun penelitian mengenai panorama bentang kota di Indonesia juga masih sangat minim. Padahal Indonesia memiliki begitu banyak kekayaan yang bisa dikaji. Salah satunya adalah Kawasan Pusat Kota Lama Semarang. Kawasan ini mengalami evolusi tatanan ruangnya dan pergerseran dari fungsi asli kawasan tersebut. Kawasan ini merupakan cikal bakal pertumbuhan dari Kota Semarang. Namun, akibat adanya konflik, sehingga citra visual yang awalnya mengenai keseimbangan yang dipetik dari nilai Catur Gatra Tunggal segera menghilang. Hal ini lambat laun memberikan dampak kepada panorama bentang kota pada kawasan ini. Namun saat ini pemerintah sudah melakukan gerakan untuk merevitalisasi kawasan. Sehingga Penelitian Ekspresi Citra Visual Panorama Bentang Kota berbasi Evolusi Tata Ruang Kawasan Pusat Kota Lama Semarang ini dilaksanakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ekspresi dari kawasan yang telah berevolusi dari disfungsi hingga sampai saat ini kembali pada fungsinya. Kajian ini kemudian akan memperlihatkan citra visual dari kawasan ini dan mampu memberikan apresiasi terhadap kawasan yang sudah menyimpan begitu banyak sejarah dan kebudayaan.
Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan metoda serial vision yang dikemukakan oleh Gordon Cullen pada bukunya The Concise Townscape. Dasar teori yang digunakan selain itu adalah The Aesthetic of Townscape dan Roadform and Townscape. Kemudian penjelasan dan analisa akan menggunakan pictorial drawing yang pada akhirnya akan menjadi pictorial analysis. Agar penilaian menjadi lebih mudah, digunakan juga semantic differential.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa panorama bentang kota tidak bisa didefinisikan serta merta. Hal ini dikarenakan panorama bentang kota memiliki keunikannya masing-masing berdasarkan faktor dominan yang ada. Sehingga pengalaman ruang yang terjadi semakin bervariasi. Selain itu faktor yang berperan dalam panorama bentang kota bukan hanya elemen fisik saja. Elemen non fisik dan bahkan nilai yang ada di kawasan tersebut turut membentuk dan membangun citra visual terhadap kawasan. Sejarah merupakan salah satu faktor yang mampu memberikan kesan yang unik bagi setiap kawasan yang ada.