Abstract:
Kuantitas impor garam di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan petani garam Indonesia untuk memenuhi kebutuhan garam nasional, terutama kebutuhan akan garam bahan baku industri. Garam yang diproduksi oleh petani garam hanya memiliki kandungan NaCI sebesar 70-94,7%, sementara Standar Nasional Indonesia (SNI) kadar NaCl untuk garam bahan baku industri adalah 98,5%. Kemurnian yang berada di bawah standar salah satunya disebabkan oleh cara pengolahan yang dilakukan oleh petani garam masih terbilang tradisional. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan suatu metode pemurnian yang dapat meningkatkan kualitas garam rakyat yang telah ada.
Di Indonesia, telah banyak penelitian mengenai metode pemurnian garam yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas garam rakyat. Beberapa metode pemurnian tersebut adalah rekristalisasi, penambahan bahan pengikat, pencucian dan hidroekstraksi. Dari penelitian yang telah dilakukan, metode pemurnian yang dapat menghasilkan garam dengan kadar NaCl sesuai dengan SNI garam bahan baku industri adalah rekristalisasi dan hidroekstraksi. Walaupun menghasilkan kadar NaCl yang lebih tinggi, rekristalisasi pada prosesnya memerlukan energi lebih besar yang digunakan untuk pemanasan dan proses rekristalisasi itu sendiri. Maka dari itu, hidroekstraksi dapat dipilih sebagai metode pemurnian garam yang tidak memerlukan energi panas yang lebih untuk proses kristalisasi.
Pada penelitian ini, proses hidroekstraksi dimana larutan garam mumi jenuh dialirkan melewati kolom yang didalamnya terdapat kristal garam yang akan dimurnikan. Laju alir larutan garam mumi jenuh ditentukan pada penelitian pendahuluan dan digunakan sepanjang penelitian utama. Garam yang akan dimumikan adalah garam K1, K2, dan K3 dengan ukuran -2,5+5; -5+ 10; dan -10+20 mesh. Analisis kualitas garam dilakukan dengan cara menentukan kadar NaCl, Ca2+ dan Mg2+. Analisis terhadap kadar NaCl dilakukan dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) sementara kadar Ca2 + dan Mg2+ dianalisis menggunakan titrasi kompleksometri yang mengacu pada ASTM E534-98.
Pada penelitian ini didapatkan garam hasil pemurnian secara hidroekstraksi belum dapat mencapai standar garam industri yaitu 98,5%. Jika ditinjau berdasarkan kualitas garam maka diperoleh persen penurunan Ca2+ dan Mg2+ terbesar terdapat pada garam K1 ukuran -10+20, yaitu sebesar 73,11% dan 77,13%. Sedangkan kadar NaCl pada garam K1 dan K2 mengalami kenaikan dari bahan bakunya, sebaliknya garam K3 mengalami penurunan. Persen NaCl tertinggi yang diperoleh dari proses hidroekstraksi ini terdapat pada garam K3, yaitu sebesar 98,89%. Semakin kecil ukuran partikel garam maka semakin banyak Mg2+ yang dapat terekstrak, sedangkan pengaruh ukuran partikel terhadap kadar Ca2+ tidak terlihat kecenderungannya. Selain i1'u, semakin kecil ukuran partikel garam maka semakin tinggi persen NaCl yang diperoleh dari proses hidroekstraksi.