Abstract:
Dewasa ini penggunaan minyak bumi masih sangat digemari oleh berbagai negara di dunia. Kebutuhan akan minyak bumi terus meningkat, akan tetapi cadangannya diperkirakan hanya akan bertahan selama beberapa tahun kedepan. Hasil pembakaran dari bahan bakar minyak itu sendiri berdampak buruk bagi lingkungan dan akhirnya menyebabkan pemanasan globaL lsu inilah yang menyebabkan lahirnya Kesepakatan Paris yang berisi himbauan bagi negara-negara di dunia supaya beralih dari penggunaan BBM. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu penggantian bahan bakar minyak bumi dengan minyak nabati yang pembakarannya lebih ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Indonesia memiliki tanah yang subur dan kekayaan nabati yang melimpah, salah satunya terletak pada pohon kemiri sunan yang pemanfaatannya belum maksimaL Minyak dari kemiri sunan mengandung 50% asam a-eleostearic yang memiliki tiga ikatan rangkap terkonjugasi yang dapat dimusikalisasi. Produk berupa senyawa siklik kemudian diproses lebih lanjut melalui tahap disproporsionasi dan menghasilkan senyawa siklik bercabang yang mengandung sikloheksana dan benzena. Produk antara ini dapat diolah lebih lanjut untuk sintesis senyawa aromatik yang memiliki angka oktan yang tinggi.
Pada penelitian ini, tahap awal yang dilakukan adalah pengujian kualitas minyak awal dengan uji angka iodium (Uji Wijs) dan uji angka asam. Selanjutnya, dilakukan uji angka penyabunan untuk mengetahui jumlah KOH yang dibutuhkan pada reaksi saponifikasi, lalu gugus K disubstitusi dengan gugus Mg pada Mg(NOJ)2, selanjutnya dilakukan reaksi siklisasi dan disproporsionasi dengan bantuan katalis Cr(OH)J. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi terhadap perolehan senyawa aromatik berupa produk siklik bercabang dengan gugus benzena dan sikloheksana. Variasi yang dilakukan yaitu rasio jumlah pelarut Dietanolamina terhadap umpan (5:1, 6:1, 8:1) (b/b) dan suhu reaksi (150, 200, 250 °C). Respon yang diamati adalah yield senyawa aromatik dengan metode perhitungan yield, penurunan ikatan rangkap melalui uji Wijs, dan kandungan ortho substituted benzene dengan analisis FTIR.
Berdasarkan hasil uji FTIR, telah diperoleh satu puncak pada absorption peak 779 - 790cm-1. Hasil identik dengan senyawa ortho-disubstilllled benzene yang merupakan tujuan dari penelitian ini. Selain itu, berdasarkan uji FTIR dan uji Wijs, dapat disimpulkan bahwa pada suhu 150 dan 200°C, produk siklik paling banyak diperoleh pada rasio pelarut umpan 5:1 . Hal ini dikarenakan reaksi polimerisasi yang merupakan reaksi pesaing siklisasi praktis belum banyak terjadi. Berbeda pada suhu reaksi 250°C, produk siklik paling banyak ditemukan pada rasio 8:1. Hal ini dikarenakan pada suhu tinggi, jumlah pelarut yang cukup banyak akan menahan tumbukkan antar molekul sehingga reaksi polimerisasi dapat ditekan.