Abstract:
Estimasi biaya merupakan salah satu kegiatan dalam perencanaan dan unsur penting dalam pengelolaan biaya proyek karena berfungsi dalam merencanakan dan mengendalikan sumber daya yang akan digunakan, salah satunya adalah pengadaaan material. Estimasi biaya sendiri terbagi atas beberapa jenis, salah satunya adalah estimasi preliminary yaitu mengalikan luas floor plan dengan asumsi harga satuan. Asumsi ini ditentukan oleh para estimator berdasarkan skill dan pengalaman
mereka dari proyek yang dikerjakan sebelumnya, sehingga berpotensi menimbulkan perbedaan pengambilan asumsi bagi setiap estimator. Pada skripsi ini, dicari sebuah angka koefisien untuk mencari kebutuhan material agar mengatasi perbedaan asumsi tersebut, sehingga dapat digunakan oleh estimator pada proyek berikutnya dengan mengalikan angka koefisien tersebut dengan luas bangunan proyek. Data skripsi ini diambil dari studi kasus Proyek Rumah Tinggal Tipe 236/161 di
Bandung, sehingga angka koefisien hanya dapat digunakan pada proyek bangunan rumah tinggal. Material yang dicari adalah material yang dianggap utama, yaitu semen, besi, dan beton. Lalu, angka koefisien dihitung dengan membagi jumlah kebutuhan material dengan luas bangunan studi kasus. Jumlah kebutuhan material dicari dengan menghitung Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP). Hasil total kebutuhan material adalah semen sebanyak 1.019 sak, besi sebanyak 6.907,76 kg, dan beton sebanyak 72,64 m3. Hasil angka koefisien material untuk semen adalah 5 sak/m2, besi adalah 28,27 kg/m2, beton adalah 0,31 m2/m2 dan besi per beton bertulang adalah 130,76 kg/m2 . Dicari juga angka koefisien besi per beton untuk pekerjaan sloof, kolom, balok, dan pelat. Angka koefisien besi per beton untuk pekerjaan sloof adalah 126,71 kg/m2, pekerjaan kolom adalah 183,89 kg/m2, pekerjaan balok adalah 145,73 kg/m2, dan pekerjaan pelat adalah 104,01 kg/m2.