Penggunaan kekerasan seksual terhadap perempuan sebagai senjata dalam konflik mineral di Republik Demokratik Kongo

Show simple item record

dc.contributor.advisor Dewi, Elisabeth Adyiningtyas Satya
dc.contributor.author Arrumaisha, Cut Hasya
dc.date.accessioned 2023-10-02T01:51:02Z
dc.date.available 2023-10-02T01:51:02Z
dc.date.issued 2023
dc.identifier.other skp43718
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/16079
dc.description 10269 - FISIP en_US
dc.description.abstract Republik Demokratik Kongo merupakan negara yang berada dalam situasi konflik dan memiliki obligasi untuk mematuhi International Humanitarian Law (IHL) dan International Human Rights Law (IHRL) untuk melindungi HAM. Namun, ditemukan terdapat angka kasus pelanggaran HAM yang tinggi terutama kekerasan seksual terhadap perempuan. Kekerasan seksual terhadap perempuan paling banyak dilakukan oleh kelompok bersenjata asing bahkan negara yang seharusnya melindungi masyarakat sipil. Berdasarkan pernyataan tersebut, melalui penelitian ini penulis bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian “Mengapa kekerasan seksual terhadap perempuan dapat digunakan sebagai senjata dalam konflik mineral di Republik Demokratik Kongo?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan perspektif feminisme yaitu teori feminist political economy guna melihat hubungan antara gender, ekonomi-politik dan kekerasan terhadap perempuan ditambah dengan konsep CRSV, ketidakadilan gender dan masculinity hegemony. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu menganalisis fenomena sosial melalui data dan teori. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi struktural dan konflik berkepanjangan mendorong terjadinya kekerasan seksual sebagai senjata dan penjelasannya dibagi menjadi tiga yaitu struktur ekonomi global kontemporer, maskulinitas hegemoni laki-laki dan ketidakadilan berbasis gender. Pertama, kondisi ekonomi global kontemporer didukung oleh kapitalisme dan persaingan untuk sumber daya langka mendorong aktor untuk memenuhi kepentingannya melalui jaringan informal. Hal tersebut mendorong adanya motivasi untuk menguasai SDA mineral oleh kelompokkelompok bersenjata yang menggunakan kekerasan seksual sebagai taktik untuk mengusir populasi. Kedua, kekerasan seksual berfungsi sebagai cara bagi laki-laki untuk mengembalikan maskulinitas hegemoni ekonomi laki-laki, respon terhadap marginalisasi laki-laki akibat pembagian sumber daya yang tidak merata dan taktik untuk menjatuhkan maskulinitas laki-laki lain. Ketiga kekerasan seksual sebagai dampak dari zaman kolonialisme Belgia yang mendorong adanya peran dalam pekerjaan antara laki-laki dan perempuan, berakibat kepada subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan yang berkontribusi terhadap ketidaksetaraan gender. en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - UNPAR en_US
dc.subject kekerasan seksual en_US
dc.subject kelompok bersenjata en_US
dc.subject konflik mineral en_US
dc.subject Republik Demokratik Kongo en_US
dc.title Penggunaan kekerasan seksual terhadap perempuan sebagai senjata dalam konflik mineral di Republik Demokratik Kongo en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM6091901233
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0417117302
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI609#Ilmu Hubungan Internasional


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account