Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pertimbangan China dalam
mengubah pendekatannya di Sub-Kawasan Mekong menjadi multilateral melalui
pendirian Lancang-Mekong Cooperation (LMC). Keputusan ini bertolak belakang
dengan pendekatan unilateral China sebelumnya sebagai sebuah hydro-hegemon,
yang selama ini memberinya kekuatan untuk membangun bendungan-bendungan
hydropower tanpa harus melakukan kompromi dengan negara-negara Mekong
lainnya. Analisis masalah ini dilakukan menggunakan kerangka pemikiran
balance-of-risk oleh Jeffrey Taliaferro sebagai cabang dari neo-classical realism
dalam hubungan internasional untuk menjelaskan bagaimana proses pengambilan
keputusan kebijakan luar negeri sebuah great power dibentuk berdasarkan
pertimbangan antisipasi perubahan distribusi kekuatan relatif sebuah negara dalam
sistem internasional dan prospek pemimpin negara. Kerangka pemikiran tersebut
menemukan bahwa pemimpin negara cenderung lebih sensitif terhadap prospek
kerugian dalam kekuatan relatifnya daripada prospek keuntungan. Oleh karena itu,
penelitian ini menyimpulkan bahwa LMC sebagai sebuah multilateralisme dibentuk
karena China ingin menghindari prospek kerugian yang muncul karena persaingan
pengaruh di Sub-Kawasan Mekong yang membentuk persepsi bahwa China akan
mengantisipasikan penurunan kekuatan relatif dalam waktu dekat jika tetap
menerapkan pendekatan unilateral.