Abstract:
Konflik pada hakikatnya dapat menjadi penghancur dan pencipta kehidupan. Supaya konflik dapat menciptakan kehidupan, caranya mengangkat konflik keranah studi perdamaian sebagai studi akademik. Tujuannya, supaya manusia mengetahui mengapa konflik dapat terjadi, melalui teori. Sebab teori bagian yang tidak terpisahkan dari studi academic. Menurut Galtung bahwa setiap konflik memiliki pola konstruk segitiga, yaitu sikap, perilaku, dan kontradiksi, baik dari sisi manifes yaitu aktor, dan laten struktur dan kultural. Fungsi dari teori adalah menjelaskan pola konstruk segitiga. Sehingga konflik yang pasti dapat ditangani dengan baik melalui diagnosa, prognosis, dan terapi. Namun perlu dilengkapi oleh pemikiran Eric Weil yaitu dengan berfilsafat. Sebab Weil menganggap manusia yang dapat menghindari konflik tanpa kekerasan hanyalah dengan meningkatkan kemampuan rasionalnya. Sedangkan untuk meningkatkan potensi rasionalitas manusia itu dengan berfilsafat. Maka studi perdamaian dan filsafat adalah dua pedang yang dapat digunakan untuk menciptakan konflik mengarah pada perdamaian.