Abstract:
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan rancangan pemberdayaan global yang menjadi acuan negara untuk mengupayakan kesejahteraan warga negaranya. Goal No.5 mengenai Kesetaraan Gender merupakan salah satu aspek yang penting dalam pemberdayaan. Didalamnya, terdapat Goal No. 5.3 mengenai upaya eliminasi segala bentuk praktik berbahaya terhadap perempuan, dan salah satunya adalah Female Genital Mutilation/Cutting (FGM/C). Sayangnya, Goal No. 5.3 belum sepenuhnya diberlakukan di India dengan masih maraknya praktik FGM/C yang terjadi diantara perempuan Komunitas Dawoodi Bohra. Larangan tindak kekerasan terhadap perempuan di India diatur di bawah Indian Penal Code dan POCSO Act, namun FGM/C tidak dikategorikan dibawah peraturan tersebut dan India tidak memiliki aturan spesifik terkait larangan FGM/C. Terlebih, pemerintah India tidak menganggap praktik yang berpotensi membahayakan perempuan ini benar-benar terjadi. Dalam hal ini, Sahiyo hadir sebagai aktor yang berperan dalam mengatasi permasalahan FGM/C di India yang tidak kunjung diberhentikan. Penelitian kualitatif ini menjawab pertanyaan “Bagaimana upaya Non-Governmental Organization (NGO) Sahiyo dalam mengatasi permasalahan Female Genital Mutilation/Cutting (FGM/C) di India?” yang dianalisa dengan teori Liberalisme Sosiologis, pemahaman Cobweb model, serta konsep fungsi NGO berdasarkan perananya sebagai implementer, catalyst, dan partners. Sebagai implementer, Sahiyo melakukan pengelolaan sumber daya melalui program relawan, menginisiasi riset global mengenai FGM/C di India, membentuk ruang aman bagi para penyintas FGM/C, dan mengadakan program advokasi pemberdayaan untuk perempuan. Sebagai catalyst, Sahiyo melakukan kegiatan advokasi melalui pengadaan kampanye digital dan membentuk petisi. Sebagai partners, Sahiyo bekerjasama dengan StoryCenter dan pihak-pihak lain dalam program Voices to End FGM/C. Dalam melaksanakan upaya-upaya ini, terdapat tantangan-tantangan seperti terbatasnya sumber daya yang dimiliki oleh Sahiyo, kurangnya dukungan dari pemerintah dan oposisi yang melawan advokasi Sahiyo, serta bagaimana Sahiyo dapat memaksimalisasikan pemberdayaan bagi para perempuan dan masyarakat untuk dapat berpartisipasi menyerukan anti-FGM/C di masyarakat.