Abstract:
PT. CSR merupakan perusahaan yang bergerak dalam penjualan ayam ras pedaging atau ayam broiler di Lampung. PT. CSR dalam menjalankan usahanya melakukan penjualan tunai dan penjualan kredit. Dengan melakukan penjualan kredit perusahaan memiliki tujuan
untuk meningkatkan volume penjualan dan menambah jumlah pelanggan. Namun, tujuan meningkatkan volume penjualan belum dapat dicapai oleh perusahaan. Perusahaan juga mengalami peningkatan pada saldo piutang dagang. Manajemen piutang dagang belum dijalankan dengan baik oleh perusahaan dikarenakan tidak adanya pemilihan dan seleksi
kredit,tidak adanya pemantauan piutang dagang dan tidak adanya tim penagihan untuk menagih dengan tegas. Karena hal tersebut maka terdapat pelanggan yang belum membayar piutang dagang. Dengan terlambatnya piutang dagang yang belum terbayar maka arus kas
masuk perusahaan mengalami penurunan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian terapan karena penelitian ini dilakukan dengan tujuan menerapkan hasil temuan atau memecahkan masalah yang dialami perusahaan. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif karena berdasarkan tujuannya penelitian ini memberikan penjelasan deskriptif mengenai masalah perusahaan. Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data primer dan data sekunder dari wawancara dan data keuangan perusahaan. Dari hasil analisa, PT. CSR dalam menjalankan usahanya memiliki presentase penjualan kredit yang lebih besar yaitu lebih dari 50%. Berdasarkan hasil analisa tahun 2019 hingga tahun 2020, perusahaan berhasil menambah jumlah pelanggan sebanyak 9 pelanggan baru, namun volume penjualan mengalami penurunan dari Rp 117.236.434.744 menjadi Rp
110.697.654.299. Saldo piutang dagang perusahaan mengalami kenaikan yaitu dari 3,45% dari penjualan kredit tahun 2019 menjadi 3,67% dari penjualan kredit pada tahun 2020. Perputaran piutang dagang perusahaan mengalami penurunan dari 30x pada tahun 2019 menjadi 28x pada tahun 2020. Hari rata-rata pengumpulan piutang dagang mengalami kenaikan piutang dagang dari 12 hari pada tahun 2019 menjadi 13 hari di tahun 2020. Perusahaan juga belum
menjalankan manajemen piutang dagang dengan baik yaitu dari aspek pemilihan dan seleksi kredit perusahaan tidak menggunakan 5C dalam kredit, dari aspek persyaratan kredit perusahaan memiliki periode kredit 30 hari namun masih terdapat pelanggan yang belum
membayar telah melebihi batas waktu. Dari aspek pemantauan kredit berdasarkan umur piutang dagang, terdapat 10 pelanggan yang belum membayar piutang dagang dan sudah melebih batas waktu sehingga arus kas masuk perusahaan mengalami penurunan. Dari analisa
arus kas, walaupun terdapat penurunan namun kas akhir perusahaan selalu positif. Dari hasil skenario perubahan manajemen piutang dagang, arus kas akhir bertambah dan bersifat positif
dari sebelumnya Rp 978.916.861 menjadi Rp 1.380.621.563. Saldo piutang dagang juga mengalami penurunan dari Rp 3.800.383.824 menjadi Rp 3.398.679.122. Dari pemanfaatan surplus, dapat menambah keuntungan perusahaan sebesar Rp 28.174.205. Dari penelitian ini, penulis memberikan saran kepada perusahaan untuk menjalankan
manajemen piutang dagang dimulai dari memperketat proses seleksi kredit, pembentukan tim penagihan dan pemantauan piutang dagang melalui pengumuran piutang dagang, perputaran piutang dagang dan hari rata-rata pengumpulan piutang dagang. Dan untuk pembentukan tim penagihan diharapkan adanya mempercepat proses penagihan sehingga di masa yang akan datang perusahaan tidak mendapatkan kredit macet dan bisa menambah arus kas masuk perusahaan. Untuk arus kas perusahaan yang terdapat surplus, penulis menyarankan untuk diinvestasikan dalam bentuk deposito sehingga bisa menambah keuntungan perusahaan.