Abstract:
PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) dan PT Matahari Department Store Tbk (MDS) merupakan dua perusahaan yang masuk kedalam sepuluh perusahaan ritel raksasa versi Euromonitor. Kedua perusahaan berfokus pada produk lifestyle yang membuka bisnisnya di pusat perbelanjaan, keduanya mengalami perkembangan hingga pandemi covid-19 memasuki wilayah Indonesia. Penurunan penjualan pada bisnis ritel salah satunya disebabkan oleh kebijakan pembatasan sosial yang tak menentu, sebab kebijakan disesuaikan dengan perkembangan kasus covid-19. Penerapan kebijakan menjadi perhatian utama bagi MDS dan MAP disebabkan pandemi yang berimbas pada kesehatan keuangannya dan membuat masing-masing perusahaan harus memiliki strategi untuk dapat mengelola kesehatan keuangannya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah applied research, penelitian ini akan menarik sebuah kesimpulan sesuai dengan hasil analisis serta memberikan solusi. Berdasarkan tujuannya, penulis menggunakan metode komparatif dengan penelitian longitudinal/time series. Data laporan keuangan periode 2019-2021 yang telah diaudit merupakan kumpulan data yang menjadi fokus penulis dalam melakukan penelitian. Untuk menentukan hasil yang akurat dan aktual dari permasalahan yang diteliti, penulis menggunakan analisis rasio likuiditas, aktivitas, utang, profitabilitas, dan pasar sebagai alat analisis utama serta analisis vertikal, horizontal, dan du-pont sebagai alat analisis pendukung. Kesimpulan yang ada bahwa khususnya pada tahun 2020, kedua perusahaan mengalami penurunan penjualan dan pada tahun 2021, penjualan kedua perusahaan meningkat, namun MAP mengalami peningkatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan MDS. Likuiditas kedua perusahaan juga menurun pada tahun 2020 dan terlihat bahwa masih terdapat sisa persediaan yang dibuktikan oleh rendahnya perputaran persediaan pada rasio aktivitas. Namun, pada tahun 2021, kedua perusahaan mengalami peningkatan likuiditas dan MAP memiliki peningkatan relatif yang lebih tinggi diiringi dengan perputaran persediaannya yang lebih tinggi. Aktivitas kedua perusahaan baik dari perputaran pada persediaan, piutang, dan aktiva tetap mengalami penurunan di tahun 2020 kecuali rata-rata periode bayar MDS yang menunjukan peningkatan kemampuan dalam membayar utangnya. Pada tahun 2021, aktivitas perusahaan kembali membaik kecuali periode bayar MDS yang mengalami penurunan kemampuan. Pada tahun 2020, kedua perusahaan juga mengalami penurunan kemampuan dalam membayar bunganya, namun pada tahun 2021 terdapat peningkatan kemampuan yang dimana MDS memiliki peningkatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan MAP. Kedua perusahaan pada tahun 2020 mengalami penurunan persentase ekuitas serta peningkatan utang terutama pada utang jangka panjang yang didominasi oleh sewa. Hal tersebut disebabkan kedua perusahaan membuka bisnisnya di pusat perbelanjaan sehingga memiliki beban sewa yang relatif tinggi. Profitabilitas kedua perusahaan, yaitu marjin laba kotor dan laba operasi mengalami penurunan pada tahun 2020 dan meningkat pada tahun 2021, namun MDS mengalami peningkatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan MAP. Hal tersebut juga mendukung peningkatan marjin laba bersih MDS yang relatif lebih tinggi dibandingkan MAP. Pada rasio harga pasar per pendapatan, kedua perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2020 dan meningkat pada tahun 2021, namun peningkatan MAP relatif lebih tinggi dibandingkan MDS. Kedua perusahaan juga memiliki penurunan laba bersih pada tahun 2020, namun pada tahun 2021, laba bersih kedua perusahaan meningkat dan MDS memiliki peningkatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan MAP. Upaya penjualan secara offline dan online yang didukung oleh fokus kedua perusahaan pada program reward dapat terus ditingkatkan, baik pada saat pandemi maupun setelah pandemi.