Abstract:
Pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi di Indonesia pada tahun 2019 – 2021 mengalami penurunan pertumbuhan. Penurunan pertumbuhan ini disebabkan oleh terjadinya pandemi COVID – 19. Saat terjadi pandemi COVID – 19 di Indonesia, pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi mengalami penurunan pertumbuhan yang signifikan menjadi bernilai negatif, hingga saat ini industri tekstil dan pakaian jadi mengalami peningkatan pertumbuhan walaupun masih negatif. Tetapi pada saat terjadi COVID – 19, PT. Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) yang merupakan salah satu perusahaan industri tekstil dan pakaian tidak mengalami penurunan kinerja keuangan yang signifikan jika dilihat dari keuntungan yang dapat dihasilkan perusahaan dan masih dapat menghasilkan keuntungan. Kemudian pada saat ini di tahun 2021 PT. Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) mengalami kerugian yang sangat besar yang berbeda dengan industri tekstil dan pakaian jadi yang mengalami penigkatan pertumbuhan. Maka dari itu, penulis ingin melakukan analisis kinerja keuangan PT. Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) pada tahun 2019 – 2021. Penelitian ini dilakukan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan berdasarkan tingkat likuiditas, tingkat solvabilitas dan tingkat profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan dengan cara analisis rasio, analisis vertikal, analisis horizontal dan analisis sistem DuPont.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif. Pengumpulan data yang digunakan oleh penulis berupa studi dokumentasi. Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder yang terdapat dalam website resmi perusahaan berupa laporan keuangan perusahaan tahun 2019 – 2021. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa PT. Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) memiliki kinerja keuangan yang tidak baik. Hal ini dapat dilihat dari penurunan tingkat likuiditas yang terjadi dari tahun 2019 – 2021. Begitu juga profitabilitas yang mengalami penurunan yang besar dari tahun 2019 – 2021 dan juga menyebabkan perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2021. Sedangkan solvabilitas perusahaan mengalami peningkatan yang besar yang menandakan perusahaan memiliki utang yang sangat banyak.